Kegiatan kemasyarakatan tersebut tentu sejalan dengan skema kegiatan Lead Others yang ada di dalam program Tanoto Foundation.
Bayu yang masih semester 3 tentunya masih berada di tahap Lead Self. Namun, bersama kawan-kawan seangkatannya di TSA Universitas Diponegoro, Bayu sudah diajak untuk merasakan bagaimana memimpin diri sendiri ternyata juga tetap bisa berdampak bagi orang lain. ’’Menempa jiwa kepemimpinan. Itu yang saya rasakan,’’ kata Bayu.
Kegiatan TSA Universitas Diponegoro pun menjadi pengalaman tersendiri bagi para penerima beasiswa. ’’Dulu, waktu Covid-19, kami membikin Empon-Empon Empowerement,’’ tukas Agita Wilujeng Susanti.
Alumni awardee tersebut menuturkan bahwa program tersebut mendapat sambutan positif dari masyarakat. Ibu-Ibu PKK di Desa Jabungan, Banyumanik, Semarang, antusias membuat aneka racikan empon-empon alias rempah-rempah di Jawa yang biasa dibuat sebagai jamu.
Anggota TSA Universitas Diponegoro berkegiatan di Posyandu Remaja Kelurahan Bandarharjo, Semarang.-Dok. TSA Undip-
Sambutan positif dari warga itu tak terlepas dari dampak yang muncul pada pelaksanaan program. Soal bank sampah, misalnya. Menurut Petrisia, idenya muncul karena situasi Kelurahan Bandarharjo yang terletak di kawasan muara. Banyak sampah yang mengganggu lingkungan. ’’Kami mikir. Project apa yang pas,’’ ucap Petrisia.
Para mahasiswa tersebut pun bergerak. Berjejaring dengan perangkat kelurahan, tokoh masyarakat, hingga warga setempat. Itu juga dirasakan oleh anak-anak muda Bandarharjo yang diajak bergiat di Posyandu Remaja.
’’Awalnya memang bingung, ini acara apa sih,’’ kata Meliya Kholisatun Nisa, salah seorang pengurus Posyandu. Dia mengaku diundang oleh Ketua RT setempat untuk ikut aktif di posyandu.
Ternyata, Meliya dan kawan-kawannya banyak mendapatkan wawasan baru. ’’Kami belajar mencegah stunting, menjaga kesehatan, sampai sosialisasi pencegahan pernikahan dini,’’ ucap mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Semarang tersebut.
Diskusi anggota TSA Universitas Diponegoro dan pengurus Posyandu Remaja Bandarharjo di depan gedung Widya Puraya Universitas Diponegoro, 23 November 2024.-Doan Widhiandono-Harian Disway-
Posyandu Remaja Kelurahan Bandarharjo melayani anak SD hingga kuliah. Secara berkala, mereka dicek kesehatannya. Mulai asupan gizi, tinggi badan, atau tekanan darah.
Kegiatan tersebut diakui Lutfi Ayudia Syaharoh sebagai hal yang sangat positif. Remaja-remaja bisa melakukan hal yang berguna. ’’Soalnya, awalnya banyak kenakalan remaja,’’ katanya.
Agita menimpali bahwa Posyandu Remaja dan Bank Sampah bisa dipandang sebagai hal yang sustainable. ’’Karena kan masih satu lokasi, ya,’’ ucap perempuan berkacamata tersebut.
Dengan begitu, kolaborasi yang terjalin dengan warga masih terjaga. Program lama pun masih bisa dimonitor pelaksanaannya. Sedangkan program baru bisa berjalan karena dukungan kepercayaan dari warga dan aparat setempat. ’’Kuncinya memang, bagaimana masyarakat hadir dulu,’’ ujar Agita yang ingin melanjutkan studi ke program S-2 itu.
Pengakuan dari warga memang membuat kegiatan TSA Universitas Diponegoro terus berputar lancar. Sebab, warga membuktikan bahwa program itu bukan sekadar formalitas. Ada dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Ada pula kebanggaan yang muncul tatkala warga diberi kepercayaan untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan yang positif. (*)
Edisi berikutnya: Tanoto Foundation Cetak Pemimpin Masa Depan Lewat Program Teladan (3-habis): Makin Mantap Meraih Asa