Upaya Rizhao Menghijaukan Dunia

Selasa 10-12-2024,14:43 WIB
Oleh: Jagaddhito Probokusumo*

SAYA melanjutkan catatan akhir pekan saya di Tiongkok. Pekan ini Tiongkok sedang memasuki masa peralihan dari musim gugur ke musim dingin. Suhu di Rizhao saat ini terendah mencapai -3 derajat Celsius dan tertinggi 13 derajat Celsius. 

Bagi kita yang biasa hidup di Indonesia, cuaca di Tiongkok termasuk ”kurang” bersahabat. Maklum, Indonesia hanya memiliki dua musim (kemarau dan hujan) dengan suhu rata-rata 25–29 derajat Celsius, tidak seperti Tiongkok yang memiliki empat musim.

Kali pertama menginjakkan kaki di Rizhao, satu kata yang terlintas di benak saya adalah bersih. Bersih itu tidak hanya tampak luar, tetapi juga termasuk udaranya yang sejuk dan segar ketika dihirup. Banyak burung yang singgah di kota itu. 

BACA JUGA:Belajar Saling Toleransi dari Tiongkok

Kotanya kecil,  tetapi indah. Tampak penghijauan di mana-mana. Saya malah merasa tidak seperti di Tiongkok, tetapi penampakannya seperti di Norwegia, Melbourne, atau Cleveland, Amerika Serikat. 

Pemerintah Kota Rizhao sangat memanjakan para pejalan kaki dan pengguna sepeda dengan lajur khusus yang dibuatnya. Ruas jalan lebar serta pemandangannya indah. Bagi Anda yang pencinta lari, saya yakin Anda akan senang memutari Kota Rizhao dengan jalur itu.

Di Rizhao juga tidak ada motor ber-BBM. Yang ada adalah sepeda listrik dan sepeda motor listrik. Kalau mobil memang masih ada yang ber-BBM. Namun, saya rasa jumlahnya berimbang  antara mobil listrik dan mobil ber-BBM. 

BACA JUGA:Budaya Membaca Buku di Tiongkok

Kita juga dapat menemukan banyak SPBU listrik di Tiongkok. Kondisi itu menambah heningnya suasana Rizhao.

Awalnya saya kira kebetulan kotanya bersih karena Rizhao tergolong kota kecil yang tidak padat penduduk sehingga polusinya sedikit. Namun, faktanya, Rizhao pernah dinobatkan sebagai salah satu kota paling layak huni di dunia pada 2009 oleh United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Setiap tahun, UN-Habitat (organisasi PBB yang menangani permukiman penduduk dan isu urbanisasi) memberikan penghargaan di bidang permukiman yang paling bergengsi di dunia. 

Penghargaan itu bisa diberikan kepada individu, organisasi, dan proyek yang memberikan kontribusi luar biasa di bidang permukiman, penyediaan perumahan, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan untuk kota yang berkelanjutan. 

Pemenang penghargaan tersebut dipilih berdasar popularitas aksi nyata, terutama dalam membangun kota dan masyarakat yang aman, inklusif, memiliki daya tahan, dan berkelanjutan. 

Kita juga harus berbangga karena penghargaan yang sama pernah diraih Tri Rismaharini pada 2018 atas prestasinya sebagai wali kota Surabaya yang mampu mengurangi panas Kota Surabaya hingga 2 derajat Celsius hasil dari penghijauan kota yang dilakukannya.

Saat ini pemerintah Kota Rizhao sedang berusaha untuk mencapai target netral karbon. Netral karbon adalah upaya untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dengan menjaga keseimbangan antara jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer dan karbon yang diserap kembali oleh alam.  

Kategori :