Perjuangan Nelson Mandela membawanya meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1993. Setahun kemudian, ia mencatat sejarah sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan, memimpin negara tersebut dari 1994 hingga 1999.
Hingga kini, Nelson Mandela dikenal sebagai Bapak Bangsa, Bapak Demokrasi, dan Pembebas Nasional oleh rakyat Afrika Selatan, sebuah penghormatan atas dedikasinya dalam membangun perdamaian dan keadilan.
2. Mahatma Gandhi
Tokoh dunia pejuang HAM yang dikenang di Hari HAM Sedunia 2024, Mahatma Gandhi. -AFP/India's Presidential Palace-
Mahatma Gandhi, atau Mohandas Karamchand Gandhi, adalah salah satu pejuang hak asasi manusia paling terkenal dalam sejarah. Lahir di Porbandar, India, pada 2 Oktober 1869, Gandhi mengabdikan hidupnya.
Dalam memperjuangkan hak-hak sipil dengan mengedepankan prinsip anti kekerasan. Mahatma Gandhi tidak hanya berjuang untuk kemerdekaan India dari penjajahan Inggris, tetapi juga menginspirasi gerakan sipil di berbagai penjuru dunia.
Aksi damainya mengajarkan bahwa perjuangan tanpa kekerasan bisa menjadi senjata paling ampuh melawan ketidakadilan. Meskipun sering dinominasikan untuk Nobel Perdamaian, Gandhi tidak pernah memenangkannya.
BACA JUGA: AC Milan Turunkan Harga Theo Hernandez, MU dan Real Madrid Mau Tawar!
Namun, perjuangannya diakui secara internasional. Majelis Umum PBB menetapkan hari kelahirannya, 2 Oktober, sebagai Hari Anti Kekerasan Internasional.
3. Malala Yousafzai
Tokoh dunia pejuang HAM yang dikenang di Hari HAM Sedunia 2024, Malala Yousafzai. --Apple Newsroom
Malala Yousafzai adalah remaja biasa dari Pakistan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika kelompok Taliban menghancurkan ratusan sekolah di daerah tempat tinggalnya. Keadaan tersebut memicu Malala untuk menjadi pembela HAM.
Terutama dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Pada 2008, Malala membuat pidato berjudul Betapa Beraninya Taliban Merampas Hak Saya untuk Bersekolah, sebuah pernyataan yang mengguncang dunia.
BACA JUGA: Program Kain Seragam Gratis Berlanjut Tahun Depan di Jombang
Aksinya membawa risiko besar. Pada tahun 2012, saat berusia 15 tahun, Malala menjadi korban penembakan oleh Taliban. Meski mengalami luka serius, ia berhasil pulih setelah menjalani operasi saraf wajah.