Mereka, para orang tua dengan kebutuhan khusus itu, memang tidak dikategorikan difabel. Tetapi, juga butuh akses guiding block untuk bisa berjalan.
BACA JUGA:Imbau Warga NTT Jalan Kaki untuk Tekan Inflasi
Hal itulah yang kurang dipahami oleh pemerintah dan masyarakat luas. Sehingga membuat banyak guiding block di trotoar terabaikan.
Tidak terawat dengan baik. Bila ada kerusakan, perbaikannya juga lambat.
Suatu kali, Eka pernah membawa teman-teman tunanetra Komunitas Mata Hati tur jalan kaki bersama Komunitas Roodebrug.
Mereka mengadakan tur sejarah sambil jalan kaki. Berkeliling ke tempat-tempat bersejarah di Kota Surabaya.
BACA JUGA:Banyak Manfaat Jalan Kaki yang Belum Diketahui, Berikut di Antaranya...
"Dari kegiatan itu, kami menemui banyak guiding block yang bisa membahayakan pengguna jalan,” jelas Eka.
Bahkan, di trotoar jalan-jalan utama seperti sekitar Tunjungan Plaza, Tugu Pahlawan, hingga Kantor Gubernur Jatim.
Sepanjang tur itu, meski para anggota Komunitas Hati berjalan di trotoar yang dilengkapi guiding block, tetapi Eka harus tetap waspada mendampingi.
Maka dari itu, Eka pun ingin guiding block dibuat sebagai akses untuk semua kalangan. Bukan hanya untuk teman-teman difabel.
BACA JUGA:Tujuh Manfaat Berjalan Kaki bagi Kesehatan Tubuh, Apa Saja?
Persis yang dia pernah temui di trotoar-trotoar negara maju seperti Singapura maupun Amerika. Guiding block terjaga dengan baik di sana.
Trotoar yang terhalang oleh para pedagang kaki lima di Jalan Kalimantan, Surabaya.-Moh. Sahirol Layeli/Harian Disway-
Tidak terhalang oleh pohon, Sehingga setiap teman-teman difabel bisa leluasa tanpa harus didampingi.
Menurut Eka, adanya akses guiding block yang layak itu bisa menjadi upaya memandirikan teman-teman difabel. Agar saat mereka jalan-jalan tak perlu selalu didampingi.