Saking sakralnya waktu, dalam surah pendek Al'Ashr yang Anda sudah hafal sejak TK itu, Tuhan sampai bersumpah dengan menyatakan, "Demi masa." Pitutur Arab juga mengingatkan, "Waktu bagaikan pedang. Kalau engkau tidak menebasnya, maka ia yang akan menebasmu."
Dalam artian, waktu kita yang terbatas di dunia ini, mesti digunakan dengan sebaik-baiknya. Sebab, kata salah satu bait puisi yang ditulis Zhu Xi (1130–1200), filsuf kenamaan era dinasti Song, "Masa muda mudah berlalu. Sedangkan ilmu sulit didapat. Maka hargailah waktu. Jangan gampang terlewat" (少年易老学难成,一寸光阴不可轻 shào nián yì lǎo xué nán chéng, yī cùn guāng yīn bù kě qīng).
Itulah mengapa Yue Fei (1103–1142), jenderal besar dinasti Song, dalam Man Jiang Hong (满江红), syairnya yang menggebu-gebu, mewanti-wanti kita, "Jangan sia-siakan masa senggang dan mudamu, menyesal di hari tua hanya akan menyakitkan dan tak ada gunanya" (莫等闲,白了少年头,空悲切 mò děng xián, bái le shào nián tóu, kōng bēi qiè).
Terlebih, wejangan Tiongkok mengumpamakan, "Waktu sesaat bagaikan sepotong emas, tapi sepotong emas tidak bisa membeli waktu sesaat" (一寸光阴一寸金,寸金难买寸光阴 yī cùn guāng yīn yī cùn jīn, cùn jīn nán mǎi cùn guāng yīn). Senada, masyarakat Arab berpetuah, "Alwaktu atsmanu minad dzahab" (waktu lebih berharga daripada emas).
Barangkali karena itulah Andra Soni, yang belum lama ini terpilih sebagai gubernur Banten, memegang teguh pesan guru SMP-nya, "Jangan tunggu esok apa yang bisa kamu lakukan hari ini. Tidak ada kesempatan kedua untuk kesan pertama."
Ya, sebagaimana yang ribuan tahun silam ditegaskan pepatah Tiongkok yang disadur dari kitab Jin Shu (晋书), "分秒必争" (fēn miǎo bì zhēng): sesingkat apapun, waktu harus dihargai. (*)