HARIAN DISWAY - Pergerakan wisatawan di berbagai daerah tanah air mulai menunjukkan peningkatan seiring berlangsungnya momen libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Kementerian Pariwisata mengimbau pada seluruh pengelola destinasi wisata untuk mengantisipasi lonjakan ini dan menghadirkan layanan prima dan inklusif bagi seluruh wisatawan. Termasuk penyediaan fasilitas untuk wisatawan muslim.
Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan, pelayanan prima dan inklusif akan memperkuat citra pariwisata Indonesia sebagai destinasi unggulan yang dikenal luas berkat keindahan alam yang memukau, kekayaan budaya yang beragam, serta keramahan penduduk yang khas.
"Pariwisata Indonesia merupakan salah satu kekuatan besar dunia dengan nilai-nilai keberagaman di dalamnya. Hal inilah yang harus terus kita perkuat dan jaga untuk dapat memberikan pengalaman yang berkualitas dan berkelanjutan bagi wisatawan," kata Widiyanti.
BACA JUGA:Pemudik Nataru Mulai Padat, Korlantas dan Jasa Marga Berlakukan Contraflow di Jakarta-Cikampek
BACA JUGA:AHY: Penurunan Harga Tiket Pesawat Bisa Dongkrak Pariwisata Akhir Tahun
Salah satu bentuk inklusivitas ini adalah penyediaan layanan tambahan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan layanan wisatawan, termasuk wisatawan muslim yang merupakan salah satu ceruk pasar terbesar di dunia.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana-Kemenpar-
Indonesia memiliki potensi besar yang bahkan telah terkalibrasi dengan raihan penghargaan "Top Muslim Friendly Destination of the Year 2024" dalam Mastercard Crescentrating Global Muslim Travel Index (GMTI).
Konsep wisata ramah Muslim ini pun harus dapat dipahami dengan baik oleh seluruh pihak. Yakni sebagai penyediaan layanan tambahan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi wisatawan Muslim tanpa mengubah karakter destinasi tersebut.
BACA JUGA:Widiyanti Jadi Menteri Pariwisata Baru, Beberkan 4 Program Prioritas Pariwisata RI
"Layanan dan fasilitas pendukung itu seperti makanan halal, fasilitas ibadah seperti musholla yang nyaman dan lengkap seperti jadwal salat, penunjuk arah kiblat, dan lainnya," ujar Menpar Widiyanti.
Widiyanti berharap layanan yang inklusif diberikan tanpa mengubah karakteristik utama destinasi. Kementerian Pariwisata sebelumnya telah menerbitkan buku pedoman layanan dasar pariwisata ramah Muslim yang dapat menjadi acuan industri.
Wisatawan berjalan di kawasan Pura Ulu Danu Bratan, Bali. -Kemenpar-
Hal senada disampaikan Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa. Pariwisata yang inklusif harus dapat dihadirkan di seluruh destinasi tanah air tanpa mengubah karakteristik bahkan menjadi kekuatan untuk daya tarik destinasi tersebut.