Pembunuh Ngumpet di Keramaian

Selasa 24-12-2024,23:15 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Hasilnya, ada percakapan Cahyo dengan Sugiarti, bahwa Sugiarti dengan sengit minta Cahyo tanggung jawab kehamilan. Sederhana: Minta cepat dinikahi. Ada juga chat WA hasil test pack, bahwa Sugiarti positif hamil. Itu bukti hukum terkait motif.

Akhirnya Cahyo menyerah. Ia mengakui membunuh Sugiarti.

Pastinya, polisi tidak percaya begitu saja. Diuji lagi. Cahyo ditanya, apakah ia tahu lokasi pembuangan senjata pembunuhan? Soal itu, cuma tersangka asli yang tahu. Ternyata Cahyo menjawab: Tahu. Maka, ia digelandang polisi menuju titik pembuangan tersebut. Ketemu. Itulah barang bukti hukum lainnya.

Berdasar KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana), polisi yang menetapkan tersangka minimal punya dua alat bukti hukum yang kuat. Jadinya klop. Dua alat bukti hukum itu sangat kuat. 

Cahyo tidak bisa lagi hadir di acara yasinan malam kedua. Sebab, ia sudah bermalam di ruang tahanan Polres Lampung Selatan.

Cahyo dijerat Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Tapi, polisi masih menyidik kemungkinan pembunuhan tersebut direncanakan. Seandainya terbukti direncanakan, Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman hukuman mati.

Dari sana tampak, Cahyo cuma mau menggauli Sugiarti, tapi ogah menikahi. Sebaliknya, janda Sugiarti hamil tanpa suami, pasti malu berat. Ditambah bingung menafkahi anak. Di sanalah sumber pembunuhan.

Uniknya bukan di situ. Melainkan di sandiwara tangisan Cahyo. Itu tipikal khas sebagian besar penjahat. Demi menutupi kejahatan. Atau, mengecoh polisi. Intinya, ia ogah tanggung jawab atas pembunuhan. Seperti halnya ia juga ogah tanggung jawab atas kehamilan korban. Dua perbuatannya itu selaras dengan karakternya.

Karakter itu universal bagi penjahat. Di mana pun begitu.

Dikutip dari ListVerse, 25 September 2021, berjudul 10 Shocking Times Murderers Attended Their Own Victim’s Funeral, diungkap sepuluh pembunuh yang tidak ngumpet atau kabur. Ia malah menempel ke keluarga korban. Disaksikan banyak orang. Mereka pembunuh yang sembunyi di tengah keramaian.  

Salah satu kejadian yang diungkap di sana, begini:

Suami istri Bruce dan Melinda Pleskovic punya anak tunggal perempuan yang baru dewasa. Si anak gadis akan dinikahi pemuda Jeffrey W. Scullin Jr, 21. Jadwal pernikahan mereka sudah ditentukan dua pekan kemudian. 

Suatu hari Bruce  pergi bersama calon menantunya, Jeffrey. Begitu pulang, mereka mendapati Melinda tergeletak di dalam rumah. Berlumuran darah.  Melinda adalah guru sepak bola di Strongsville Middle School di Strongsville, Ohio, Amerika Serikat (AS).

Jeffrey menelepon 911, melaporkan kejadian itu. Polisi tiba di rumah tersebut, memeriksa kondisi. Melinda sudah meninggal. Ada tiga tembakan dan 30 tikaman senjata tajam. Pembunuhan sadis.

Polisi berusaha keras mengungkap itu. Memeriksa beberapa saksi. Polisi mencurigai orang dekat korban, tapi belum tahu siapa. Sementara itu, Jeffrey tampak sangat berduka. Ia selalu berada di rumah duka dan menjadi salah seorang pengusung peti jenazah saat diberangkatkan ke pemakaman.

Setelah bekerja keras, polisi mendapatkan bukti hukum bahwa Jeffrey pelakunya. Jeffrey ditangkap, diinterogasi. Awalnya ia berbelit-belit. Namun, setelah polisi melakukan kroscek, ia tak berkutik. Akhirnya ia mengakui membunuh Melinda. Tapi, ia bungkam saat ditanya alasannya.

Kategori :