HARIAN DISWAY - Libur Natal dan Tahun Baru masih bisa dinikmati beberapa hari lagi. Sebelumnya, umat Kristiani, khususnya di Indonesia merayakan Natal dengan berbagai tradisi. Salah satunya lewat penyajian camilan.
Ada berbagai menu khas dari daerah-daerah disajikan demi merayakan Hari Kelahiran Yesus atau liburan Natal. Menu-menu camilan di wilayah-wilayah Indonesia itu cukup unik dan memiliki rasa yang beragam. Mulai dari manis hingga gurih.
Yakni klapertar dari Manado, popporcis dari Ambon, lapet khas Batak, bagea dari Kota Palopo. Tapi menikmati camilan ini masih berlanjut karena menyusul liburan akhir tahun. Keempatnya dibedah untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.
BACA JUGA: Misa Malam Natal Surabaya Ajak Umat Teladani Para Gembala di Bethlehem
1. Klapertar
Klapertar merupakan makanan penutup (dessert) khas Manado. Dessert ini merupakan kudapan yang diadopsi dari kolonial Belanda dan berasal dari Manado, Sulawesi Utara. --Tyasindayati on Envato
Klapertar atau klappertaart dalam bahasa Belanda merupakan makanan penutup (dessert) atau kudapan yang diadopsi dari kolonial Belanda dan berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Merupakan gabungan kata klapper "kelapa" dan taart "kue".
Kapertar berbahan dasar kelapa, tepung terigu, susu, mentega dan telur. Resep adonan merupakan pengaruh saat zaman pendudukan Belanda di Manado. Terdapat beberapa macam cara memasak klapertar.
Bila dipanggang dan menggunakan roti, maka akan menghasilkan klappertaart dalam bentuk yang padat, bisa dipotong layaknya kue taart pada umumnya. Tetapi ada juga cara memasak yang tidak dipanggang.
Ini akan menghasilkan tekstur yang lembut. Kue ini paling nikmat bila disantap dalam keadaan dingin jadi tidak boleh dibiarkan terlalu lama di luar pendingin. Klapertar termasuk kue yang mengandung kalori yang cukup tinggi.
Ada pengusaha klapertar yang mencari campuran adonan yang lebih rendah jumlah kandungan kalorinya. Beberapa jenisnya menggunakan lemak rendah kalori, susu kalsium tinggi dan pemanis rendah kalori sebagai campuran adonannya.
Menggantikan susu dan gula yang pada umumnya digunakan, sehingga menjadikan kue ini berkurang jumlah kalorinya. Klapertar rendah kalori memang sengaja dibuat agar orang-orang yang sedang diet bisa menikmatinya.
2. Poporcis
Kue kecil ini berasal dari Ambon. Nama poporcis berasal dari teknik memasaknya yang dipanggang menggunakan cetakan kecil hingga menghasilkan tekstur yang lembut di dalam dan sedikit renyah di bagian luar.
Bahan dasar kue ini sederhana adalah tepung terigu, gula, dan susu. Camilan tradisional ini hadir dengan tekstur lembut dengan rasa manis dan gurih. Tapi camilan sederhana ini bisa jadi pilihan untuk jadi ide jualan yang menarik dari rumah.
Waktu membuatnya singkat saja, kurang lebih 30 menit untuk menghasilkan 30 buah. Bahannya: 125 gr tepung terigu, 25 gr maizena, 3 sdm gula pasir, ½ sdt ragi instan, 1 btr telur, 130 ml susu cair 2 sdm margarin.
Dan jangan lupa lelehkan 50 gr gula halus, untuk taburan. Cara membuatnya begini:
- Campur tepung terigu, maizena, gula pasir, dan ragi instan. Aduk rata. Masukkan telur dan susu cair. Aduk rata secara perlahan sampai adonan tercampur rata dan licin.
- Tambahkan margarin leleh. Aduk rata Kembali. Tutup dan diamkan adonan selama 30 menit.
- Oles cetakan menggunakan margarin. Sendokkan adonan dalam cetakan. Masak hingga matang dengan api kecil. Angkat.
Sajikan dengan taburan gula tepung di atasnya.
BACA JUGA: Natal 2024: Spirit dari Bethlehem
3. Lapet
Kue ini berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Bahan dasar Kue Lapet berasal dari campuran tepung beras dan kelapa parut yang diisi dengan gula merah. Kue ini dibungkus dalam daun pisang dan memiliki bentuk kerucut menyerupai pohon cemara.
Karena itu kue lapet juga bisa menjadi hidangan khas yang dihidangkan dalam perayaan hari raya keagamaan, seperti Natal atau Paskah. Selain makna-makna religius dan adat, kue lapet juga memiliki simbolisme sosial.
Ketan, sebagai bahan utama kue, mewakili semangat gotong royong dalam masyarakat Batak. Kue lapet sering dibuat dalam jumlah besar dengan kerjasama dari banyak orang, menunjukkan kolaborasi dan kebersamaan yang kuat dalam budaya Batak.
Dalam keseluruhan, kue lapet memiliki nilai simbolis dan makna sosial yang mendalam dalam budaya Batak. Ia menggambarkan kebersamaan, persaudaraan, stabilitas, dan kemakmuran.
Bahan utama kue lapet terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti ketan putih atau ketan hitam yang direbus, dipadatkan, dan kemudian dibentuk menjadi bentuk bulat pipih atau oval.
Adakalanya kue ini juga diisi dengan kelapa parut manis yang menghasilkan cita rasa yang lezat. Proses pembuatan Kue Lapet melibatkan keterampilan khusus dalam memadatkan ketan agar menghasilkan tekstur yang kenyal dan lembut.
Setelah itu, kue ini dipanggang atau dikukus hingga matang. Kue Lapet biasanya disajikan dalam jumlah banyak dan diletakkan di atas daun pisang sehingga memberikan aroma khas dan tampilan yang menarik.
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi pembuatan dan penyajiannya terus dilestarikan oleh masyarakat Batak. Kue ini tidak hanya dihidangkan dalam acara adat, tetapi menjadi hidangan yang disukai dalam berbagai acara sosial dan keluarga.
Kue lapet menjadi salah satu warisan budaya yang dijaga kelestariannya dan menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Batak. berasal dari Sumatera Utara, popularitasnya telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Kue ini kini dapat ditemukan di berbagai daerah dengan variasi dan modifikasi sesuai dengan selera lokal.
4. Bagea
Bagea adalah kue tradisional khas Maluku, Maluku Utara, dan Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan di Nusa Tenggara Timur. Bagea biasanya berbentuk bulat dan warnanya cokelat pucat dengan tekstur yang sedikit keras.
Bagea adalah salah satu olahan dari sagu. Biasanya bagea disantap dengan teh atau kopi. Di Ternate, bagea biasanya ditambahkan dengan biji kenari. Bahan-bahan untuk membuat Bagea adalah gula halus, biji kenari yang telah dicincang.
Juga tepung sagu, minyak sayur, tepung terigu yang telah diayak, kacang tanah yang dicincang halus, kayu manis bubuk, dan cengkih bubuk. (*)
*) Mahasiswa Magang Universitas Airlangga