Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (4-habis): Tiada Lagi Suka Cita Natal

Rabu 25-12-2024,14:00 WIB
Reporter : Ghinan Salman
Editor : Noor Arief Prasetyo

Perayaan Natal seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan bagi umat Nasrani. Namun, di hari istimewa itu, penghuni Gedung Setan—yang mayoritas beragama Kristiani—tak bisa merayakan kelahiran Yesus Kristus dengan penuh suka cita. Dengan hati yang berat, mereka hanya bisa berdoa semampunya.

SUDAH dua tahun lamanya, warga penghuni Gedung Setan Surabaya tak bisa merayakan Natal dengan meriah. Impian warga yang ingin merayakan Natal dengan penuh suka cita tahun ini pun hampir pasti terkubur.

Pada Natal 2023, penghuni Gedung Setan yang Kristiani tak bisa merayakan Natal karena atap gedung sudah banyak yang bocor. Tahun ini, musibah yang dihadapi para penghuni lebih pahit lagi.

Ya, Gedung Setan yang selama ini menjadi "rumah" bagi warga multietnis itu tak lagi bisa dihuni. Penyebabnya, Anda sudah tahu. Atap gedung itu ambrol imbas hujan lebat dan angin kencang yang mengguyur Kota Surabaya pada Rabu, 18 Desember 2024.

BACA JUGA:Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (1): Warga Kehilangan 'Rumah', Nasibnya Kini Terkatung-katung

BACA JUGA:Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (2): Pemilik Bangunan Terus Dicari, Pemkot Tak Bisa Intervensi

Tak sekadar membuat nasib penghuninya terkatung-katung, para penghuni kini harus mengubur mimpinya sekali lagi merayakan Natal bersama dengan meriah.

"Kemarin sempat ada rapat di Balai RW. Pendetanya juga datang. Katanya mau digelar di sana. Kami juga tidak tahu, karena kondisinya sudah begini (hancur, Red)," kata Edi Sanjaya, penghuni Gedung Setan, kepada Harian Disway, Kamis, 19 Desember 2024.

Ya, setelah atap Gedung Setan itu ambrol, para penghuni dievakuasi sementara di Balai RW 06 Kelurahan Banyu Urip Wetan I. Sedikitnya terdapat 61 orang atau 21 KK yang tinggal di sana. Dari 61 orang itu, mayoritas merupakan umat Kristiani.

Menurut Edi, di Gedung Setan memang ada gereja kecil. Pada perayaan Natal tahun ini, anak-anak penghuni Gedung Setan bahkan sudah berlatih untuk memberikan penampilan khusus di perayaan Natal.


AKTIVITAS WARGA Gedung Setan setelah ambrolnya atap gedung. Mereka memindahkan perabotnya.-Moch Sahirol Layeli-

Namun, seperti kata pepatah, manusia hanya bisa berencana, sementara Tuhan yang menentukan. Mereka pun tidak bisa merayakan Natal di Gedung Setan, tempat kelahiran para pengungsi yang mayoritas Tionghoa itu.

Kini, dengan atap gedung yang runtuh, Edi dan puluhan warga Gedung Setan lainnya harus merelakan perayaan Natal yang mereka impikan. Sebagai alternatif, mereka akan menggelar doa khusus Natal di Balai RW, tempat tinggal sementara mereka saat ini. 

"Mungkin hanya doa bersama saja yang bisa kami lakukan di lokasi pengungsian untuk merayakan Natal tahun ini," kata pria berusia 48 tahun yang baru melepas masa lajangnya dua tahun lalu itu.

Pendeta Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan Harijani Tangko adalah pemimpin gereja kecil di Gedung Setan. 

Kategori :