BACA JUGA:Gen Z yang Pemberang
BACA JUGA:Khofifah Sebut Kebijakan Prabowo Bisa Bebaskan 1.164 UMKM Dari Kredit Macet
Lembaga keuangan bisa memperoleh informasi tentang historis transaksi keuangan calon debitur, termasuk karakternya yang bisa dibaca dari data historisnya. Begitu performance-nya buruk, pembiayaan akan ditolak.
Karena itu, gen Z harus hati-hati dan membuat pertimbangan serius ketika akan mengambil kredit atau pembiayaan. Baik pinjol maupun lembaga keuangan lain.
LITERASI KEUANGAN RENDAH
Salah satu penyebab banyaknya kredit macet pinjol dari gen Z adalah rendahnya literasi keuangan. Banyak di antara gen Z yang mengambil kredit melalui pinjol tanpa pertimbangan matang terkait besarnya cost of fund (bunga) dan kemampuan membayar kembali (KMK).
BACA JUGA:Kredit Macet Hingga Rp 5 Miliar Bakal Diputihkan Pemerintah, Apa Saja Kriterianya?
BACA JUGA:Dampak Erupsi Semeru, 436 UMKM Terancam Kredit Macet
Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan finansial.
Literasi yang rendah membuat gen Z mengambil keputusan tanpa didasari pengetahuan dan keterampilan yang baik sehingga berdampak pada kegagalan membayar.
Pada survei yang dilakukan OJK tahun 2022, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia adalah 49,68 persen. Sudah meningkat cukup baik jika dibandingka dengan tahun 2013 (21,84 persen) dan 2019 (38,03 persen).
Data itu menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan keuangan. Di antaranya tentang jenis-jenis produk keuangan, risiko, biaya, manfaat, hak dan kewajiban, cara mengakses, hingga pengelolaan keuangan dan pajak.
Jika terliterasi dengan baik, masyarakat mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan, bisa membuat perencanaan keuangan, dan bisa bertanggung jawab terhadap keputusan keuangan.
Selain itu, mereka akan terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas.
Literasi keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan. Sebab, bukan hanya masyarakat yang membutuhkan lembaga keuangan, melainkan juga sebaliknya.
Dengan begitu, makin tinggi tingkat literasi keuangan masyarakat, makin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.