Selain literasi yang rendah, generasi Z tampaknya juga terpapar konsumerisme. Konsumerisme merupakan ideologi yang menjadikan seseorang mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan tanpa kesadaran tinggi dan berkelanjutan.
Konsumsi barang dan jasa hanya didasari keinginan yang tidak mempertimbangkan kebutuhan.
Penyebab utama timbulnya konsumerisme adalah pemenuhan keinginan yang lebih besar daripada pemenuhan kebutuhan. Manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas, sedangkan kemampuan yang dimilikinya terbatas.
Itu membuat manusia selalu ingin memenuhi keinginannya meski kemampuan untuk memenuhinya terbatas.
Perilaku itu membuat manusia tidak akan pernah mencapai kepuasan sehingga konsumerisme terjadi secara alami.
Gen Z memang sangat potensial terpapar konsumerisme. Sebab, sehari-hari mereka tak lepas dari gawai yang menawarkan apa saja. Pemasar pintar membuat sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan seakan-akan penting dan sangat dibutuhkan.
Mereka menciptakan keinginan-keinginan yang dibuat seakan sebagai sebuah kebutuhan.
Itu membuat gen Z merasa kebutuhannya sangat banyak. Jalan pintas diambil dengan memenuhi keinginan itu melalui pinjaman online.
Apalagi, proses mengakses pinjol begitu mudah bagi gen Z. Termasuk pay later yang ditawarkan berbagai platform dengan sangat mudah.
Agar gagal bayar yang dialami gen Z itu tidak terus meningkat, OJK harus terus meningkatkan literasi keuangan bagi gen Z.
Literasi bisa diberikan melalui sosialisasi tentang keuangan dan perencanaan keuangan secara formal maupun nonformal. Seharusnya, materi tentang keuangan dan perencanaan keuangan diberikan sejak bangku sekolah hingga perguruan tinggi pada semua program studi.
Itu akan menjadi bekal bagi gen Z untuk menyiapkan masa depannya agar bisa hidup sejahtera. (*)
*)Imron Mawardi adalah guru besar investasi dan keuangan Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, Surabaya.