20 Tahun Tsunami Aceh: Jejak Trauma di Pantai Selatan India

Kamis 26-12-2024,10:01 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Tsunami Aceh memporak-porandakan pantai selatan India, menghancurkan ribuan kehidupan dua dekade lalu. Meskipun bencana itu tak berulang, ketakutan akan tsunami masih menghantui setiap kali angin kencang menghempas dan ombak menggulung.

Maragathavel Lakshmi, seorang ibu berusia 45 tahun, merasa gemetar saat mendengar suara hujan deras atau angin kencang.

Baginya, suara itu adalah pengingat akan kehilangan yang ia alami. Tsunami 2004 merenggut anak perempuannya.

"Meski sekarang sudah ada pencegahan lewat alarm bahaya, tetapi saya masih merasa takut ketika mendengar hujan deras atau melihat ombak besar ," ujar Lakshmi.

Lebih dari 220.000 orang meninggal dunia ketika gelombang tsunami menghantam pantai-pantai di sekitar Samudra Hindia, termasuk 16.389 korban jiwa di India, menurut data internasional EM-DAT.

BACA JUGA:20 Tahun Tsunami Aceh: Sirene Menggema di Masjid Baiturrahman, Kenang Nyawa yang Hilang di Seluruh Asia

BACA JUGA: 20 Tahun Tsunami Aceh: Warga Berjuang Hilangkan Trauma, Histeris saat Menyangka Dunia Kiamat

Ketakutan Lakshmi bukan tanpa alasan. Siapapun yang merasakan betapa ngerinya tsunami 2004, pasti akan meninggalkan bekas dipikiran.

Apalagi saat ini ancaman angin topan menghantuinya. Potensi badai tropis menjadi agenda tahunan yang harus diwaspadai.

Meski segala bentuk antisipasi bencana alam bisa menekan jumlah korban, para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia justru memperkuat kekuatan badai ini.

"Musim panas sekarang terasa sangat berat dan hujan semakin deras," keluh Lakshmi.

Karenanya dia semakin takut bila mendengar ramalan cuaca di televisi. Dijelaskan bahwa penyebab mengapa hujan turun lebih deras adalah karena atmosfer.

Semakin ke sini, suhu atmosfer semakin hangat dan itu menyebabkan air yang menguap semakin banyak.

Senada suaminya juga mengungkapkan rasa takutnya akan bencana alam.

"Setiap kali hujan deras, air seringkali menggenangi area kami. Seolah-olah laut belum benar-benar meninggalkan kami," kata nelayan berusia 49 tahun itu.

Kategori :