BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (4): Harus Ngebut, Bisa Nyebrang
Rencana kedua, dia mengontak temannya di Lund University, Swedia, yang sepertinya bisa menerima skema saya. Caranya, pada tahun pertama saya akan full menggunakan beasiswa LPDP.
Pada tahun selanjutnya, saya akan di-top up dari dana penelitian dia agar pendapatan saya setara dengan mahasiswa doktoral. Sementara calon supervisor saya yang di Denmark akan menjadi co-supervisor. Betapa baiknya dia, bukan. Saya seolah melihat lampu hijau dari rencana ini.
Semua memang atas kehendak-Nya. Lagi-lagi, rencana itu gagal! Lagi. Selepas saya men-submit aplikasi S3 saya untuk melamar posisi PhD yang ditawarkan, dia mengirim pesan ke saya bahwa mendadak ada efisiensi anggaran di Copenhagen Business School (CBS) yang membuat vacancy tersebut dibatalkan.
Hingga tersisa rencana akhir yang sempat membawa saya melakukan interview online dengan profesor dari Lund University. Dia juga sedang memperjuangkan. Tapi sayang dia juga tak kunjung membalas dan tidak bisa benar-benar menjanjikan ketersediaan dana di Lund University.
Di Malaysia Mushonnifun Faiz Sugihartanto ke Indonesia bertemu calon supervisor S3 dan Ketua Pusat Riset Halal University of Malaya.--Mushonnifun Faiz S
Pada Mei 2023, saya berangkat ke University of Malaya untuk menjalani kunjungan riset melalui dana penelitian program World Class Professor (WCP) dari ITS. Ya, setelah Eropa, Australia, dan Selandia Baru menemui jalan buntu, saya mencoba realistis untuk menoleh kesempatan dari Asia.
BACA JUGA: Cerita Diaspora oleh I.G.A.K Satrya Wibawa (3): Belajar pada Sopir Bus
Saya memulai pencarian kesempatan itu dari Malaysia. Ada salah satu top profesor yang bersedia berkolaborasi riset dengan saya. Bahkan dia terang-terangan menawarkan untuk menjadi supervisor. Terlebih, salah seorang dosen saya S1 di ITS adalah bimbingannya saat S3 di Malaysia sehingga dia familiar dengan beberapa dosen di ITS.
Ketika mendapat lampu hijau darinya, saya melihat panduan dan daftar universitas terbaru dari LPDP 2023. ”Hah? Kok University of Malaya tidak ada di list terbaru?” Saya terkejut setengah mati. Padahal pada tahun sebelumnya kampus itu ada dalam daftar. Sekali lagi, kandaslah impian saya melanjutkan S3 di Malaysia.
Tak hanya itu. Ketika ada peluang untuk studi di RMIT Australia, bidang business management tidak termasuk di dalam daftar KPDP. Padahal saya telah menjalani interview dengan calon supervisor. Sementara aplikasi saya untuk RMIT scholarship juga tidak ada kepastian.
Sampailah saya di titik jenuh. Bayangkan ini: sudah mengirim puluhan email, sudah mendatangi calon supervisor di Inggris, sudah mengundang calon supervisor dari Denmark ke Indonesia, sudah mendatangi calon supervisor ke Malaysia. Namun, hasilnya gagal.
Tiba-tiba, Agustus 2023, sebuah email datang dari Lund University. Salah satu aplikasi PhD saya yang bersifat vacancy mengundang saya untuk interview. Akhirnya setelah tiga tahun gagal tahap administrasi untuk PhD yang based on vacancy, saya menerima panggilan interview yang pertama!
Saya antusias menyambutnya. (*)
Indeks: Ditolak Swedia, diterima di Negeri Paling Bahagia. Baca besok…
Mushonnifun Faiz Sugihartanto adalah Doctoral Researcher, Hanken School of Economics, Helsinki, Finlandia.--Mushonnifun Faiz S