Orientasi Kinerja Ilmuwan: Using and Publication

Rabu 22-01-2025,21:59 WIB
Oleh: Biyanto*

Persoalannya, budaya meneliti yang berorientasi publikasi dan manfaat praktis belum menjadi gerakan. Padahal, selalu dikatakan bahwa tugas civitas academica adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 

Tiga tugas tersebut dinamakan tridarma perguruan tinggi. Dalam kaitan itulah, civitas academica harus memahami tridarma sebagai satu kesatuan yang saling terkait (linkage). 

Berkaitan dengan keinginan untuk membuat linkage tridarma, civitas academica harus menyadari bahwa penelitian itu sangat penting. Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengabdian masyarakat. 

Kesadaran itu terasa kurang di kalangan civitas academica. Dampaknya, praktik pendidikan dan pengabdian tidak mengalami kemajuan yang berarti.

BERBASIS PENELITIAN

Dunia pendidikan telah berkembang begitu pesat. Kebutuhan masyarakat juga bergerak seiring tuntutan zaman. Konteks pendidikan dan kebutuhan masyarakat jelas meniscayakan pembelajaran berbasis penelitian. 

Sebab itulah, banyak PT yang menjadikan penelitian sebagai branding (label). Maka, tidak mengherankan jika kita mendapati sejumlah universitas yang mengenalkan diri dengan label research based university

Untuk menjadikan penelitian sebagai budaya, setiap pendidik harus mendesain pembelajaran dengan mengutamakan model induktif. 

Model pembelajaran induktif mengharuskan civitas academica mengamati problem sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat untuk dicarikan solusinya. 

Model pembelajaran itu populer disebut otentik (authentic learning). Inti pembelajaran otentik adalah pelibatan peserta didik secara aktif untuk menemukan beragam ilmu pengetahuan dengan bersumber pada pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. 

Metode induktif dapat menjadi alternatif untuk menggantikan pembelajaran deduktif. Peserta didik penting dilatih untuk terampil menanya, mengobservasi, dan mengajukan solusi dari persoalan yang dihadapi. 

Pola pembelajaran itu sekaligus menjadi media membentuk peserta didik yang haus ilmu sehingga selalu merasa ingin tahu (curiosity). Melalui cara itu, berarti pendidik telah memberikan soft skill kepada peserta didik untuk menjadi calon peneliti pada masa mendatang. 

Karena itulah, penting ditekankan pelibatan peserta didik dalam penelitian yang dilakukan dosen.

Untuk membangun budaya penelitian dan publikasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) sejak lama telah menerbitkan surat keputusan (SK) bernomor 152/E/T/2012 tentang kewajiban melakukan publikasi ilmiah bagi mahasiswa S-1, S-2, dan S-3. 

Sayang sekali, terobosan penting Ditjen Dikti itu belum efektif. Masih banyak PT yang enggan menjalankan amanah peraturan tersebut. 

Keengganan PT menerapkan peraturan Ditjen Dikti patut disayangkan. Sebab, publikasi seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan penelitian. Bahkan, mutu PT sesungguhnya dapat diamati dari jumlah publikasi ilmiahnya. Termasuk jumlah hak paten dan hak karya ilmiah yang dihasilkan dari penelitian civitas academica-nya. 

Kategori :