Pro Kontra Penutupan Permanen Gunung Marapi

Jumat 31-01-2025,18:05 WIB
Reporter : Ayu Puspita Sari*
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Penutupan kawasan Gunung Marapi ditutup permanen diduga karena tujuh pendaki melanggar larangan pendakian di Gunung Marapi.

Gunung Marapi salah satu gunung aktif yang berada di Sumatera Barat dengan ketinggian 2.891 meter. Kawasan Gunung Marapi menjadi destinasi favorit bagi semua orang. Namun, otoritas taman nasional menetapkan larangan pendakian sejak erupsi besar beberapa tahun lalu.

Sayangnya, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Marapi (BTNGM) mengungkap bahwa keputusan untuk menutup permanen kawasan pendakian setelah insiden pendakian ilegal.

BACA JUGA:Cegah Banjir Lahar Susulan, Operasi TMC di Lembah Gunung Marapi Sumbar Diperpanjang

BACA JUGA:Wilayah Lereng Gunung Marapi Masih Berpotensi Galodo, BNPB dan BMKG Bangun Sistem Peringatan Dini untuk Masyarakat Setempat

Berdasarkan informasi, tujuh pendaki ilegal dilaporkan nekat mendaki tanpa izin resmi. Mereka mengabaikan rambu-rambu peringatan dan menggunakan jalur tak resmi untuk mencapai puncak.

Terlihat di video yang viral di media sosial, sekelompok pendaki tersebut berada di tengah peningkatan aktivitas erupsi gunung yang masih berstatus waspada. Aksi itu memicu amarah dari berbagai pihak terutama warga lokal, pengelola kawasan, dan komunitas pecinta alam.

Pelaksana Harian (Plh) BKSDA Sumbar Dian Indriati pada Jumat, 24 Januari 2025 mengungkap ketiga pendaki berinisial SPP, FA, dan RFA berasal dari Pariaman, Padang, dan Tanah Datar.

"Mereka mengakui bahwa telah menaiki Gunung Marapi pada 19 Januari 2025. Mereka mendaki sampai ke tugu Abel diantar warga setempat atas nama Roni dan Karim," ujar Dian Indriati.

BACA JUGA:3 Gunung di Mojokerto, Cocok untuk Pendaki Pemula

BACA JUGA:7 Rekomendasi Gunung yang Cocok untuk Pendaki Pemula di Jawa Timur

Keputusan penutupan area pendakian tersebut menimbulkan pro dan kontra. Terutama warga lokal dan para pecinta alam.

Warga lokal yang menggantungkan hidupnya di sektor pariwisata merasa khawatir tentang penurunan jumlah wisatawa yang akan berdampak pada perekonomian mereka.

"Kami memahami alasan keamanan, tetapi semestinya ada solusi lain yang tidak mengorbankan mata pencaharian kami," ujar salah satu warga Desa Selo, salah satu desa yang ada di jalur pendakian Marapi.

Di sisi lain, para pecinta alam atau para pendaki banyak mendukung keputusan tersebut. Mereka menilai dengan penutupan permanen dapat menjadi momentum merevitalisasi ekosistem Gunung Marapi yang lama dieksploitasi.

BACA JUGA:Gunung Semeru Erupsi Berturut-turut, Kolom Letusan Capai 1 Kilometer

BACA JUGA:Erupsi Gunung Ibu Masih Berlangsung, Pengungsi Bertambah Menjadi 664 Jiwa

"Gunung bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga harus dijaga. Keputusan ini adalah pengingat bagi kita semua," ujar seorang aktivis lingkungan.

Mereka para pendaki juga menjadikan kasus ini sebagai pelajaran tentang tanggung jawab dan patuh terhadap aturan. (*)

*) Mahasiswa Magang Jurusan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kategori :