Membunuh untuk Rebut Istri Orang

Rabu 05-02-2025,01:00 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Karyawan paling lama adalah Bait dan istri, sudah 10 tahun tinggal di sana. 

Alan: ”Di sini Bait kerja bagian produksi, membikin meja-kursi kayu. Istrinya juga kerja di sini sebagai pembantu (asisten rumah tangga). Anak mereka dua, tapi yang kecil tinggal dititipkan di rumah saudara mereka. Yang sulung (FZ) tinggal di sini.”

Sebulan lalu datanglah EHS, melamar kerja. Ia berkenalan dengan IR, istri Bait. Kebetulan pabrik itu butuh sopir. 

Bisa jadi EHS melamar kerja atas info dari IR bahwa pabrik butuh sopir. Maka, EHS diterima kerja sebagai sopir pengantar mebel pesanan pembeli. EHS tinggal pabrik juga.

Dalam perjalanan waktu, pegawai pabrik yang tinggal di sana mengetahui gelagat selingkuh EHS dengan IR. Pasti bahaya. Sebab, suami dan anak IR tinggal di pabrik juga. 

Alan: ”Saya dan teman-teman sekerja di sini tidak ikut campur soal itu (dugaan selingkuh IR dan EHS). Ngeri… juga kasihan. Apalagi, ada anaknya (FZ, pelajar SMP).”

EHS berperilaku ugal-ugalan. Pegawai lainnya sering melihat EHS membawa pisau yang diselipkan di pinggang. Bahkan saat kerja. Tidak ada yang menegurnya, buat apa bawa pisau?

Jumat, 31 Januari 2025, sekitar pukul 22.00 WIB, di dalam area pabrik itu IR ngobrol berduaan, mojok, dengan EHS. 

Lalu, mereka didatangi Bait. Diikuti anaknya, FZ. Pun, di dekat situ ada Alan.

Alan: ”Saya lihat Bait marah ke istrinya. Karena itu urusan rumah tangga, saya menghindar ke bagian depan pabrik. Saya enggak mau ikut campur.”

Tak lama berselang, FZ berteriak minta tolong. 

Alan: ”Anak itu (FZ) teriak: Tolong… tolong… ayah saya. Terus saya masuk ke dekat area produksi. Di situ saya lihat Bait tergeletak. Darah menyembur dari dadanya. Terus, EHS lari ke arah pintu depan. Istri Bait masuk ke kamar, ternyata mengambil pakaian. Terus, IR lari ke depan bersama EHS, mereka kabur, lari.”

Alan, katanya, berusaha mengejar EHS dan IR. Namun, katanya, mereka lari cepat sehingga Alan memilih menolong Bait. 

Sampai di sini, tampak sikap tak peduli para karyawan pabrik itu. Sebab, mereka sudah melihat ada potensi bahaya, tapi tak bertindak. Termasuk saksi Alan yang sebenarnya memahami detik-detik bakal terjadi bahaya. Ia malah menghindar.

Setelah keributan, para karyawan mebel yang tinggal di pabrik keluar dari kamar mereka. Ternyata mereka fokus menolong Bait. Bukannya mengejar EHS yang tidak naik kendaraan. Mungkin mereka ngeri dengan pisau EHS.

Itu gambaran pekerja kelas bawah di Jakarta. Kebanyakan kaum urban. Di desa masing-masing, mereka guyub rukun tolong-menolong. Di Jakarta mereka berubah jadi individual.

Kategori :

Terkait

Rabu 05-02-2025,01:00 WIB

Membunuh untuk Rebut Istri Orang

Minggu 02-02-2025,18:56 WIB

Pemerasan atau Penyuapan?

Selasa 28-01-2025,14:03 WIB

Anak Mutilasi Ayah di Jember

Sabtu 25-01-2025,17:36 WIB

Gen Stroberi Membunuh