SURABAYA, HARIAN DISWAY – Sincia Run 2025 yang digelar pada Minggu, 9 Februari 2025, bukan hanya menjadi ajang fun run saja.
Gelaran tersebut sekaligus menjadi ajang kreativitas dari ribuan pesertanya. Banyak dari mereka yang mengenakan kostum unik.
Sehingga rute Sincia Run 2025 yang berlangsung dari Pakuwon City Mall Surabaya tidak hanya dipenuhi lautan manusia berjersey merah saja. Tapi juga aneka kostum. Seperti parade fashion kreatif.
Mulai dari vampir Tiongkok hingga tokoh anime. Para peserta mengekspresikan diri dengan caranya masing-masing. Ajang itu pun penuh warna dan keceriaan.
Salah seorang yang mencuri perhatian adalah Riyanda Santoso. Secara totalitas ia tampil dengan gaya vampir Tiongkok.
Dengan pakaian merah, riasan bulat di hidung dan pipi, serta gerakan tangan khas hopping vampire. Riyanda ingin menghidupkan kembali karakter vampir yang akrab dalam film klasik Tiongkok.
BACA JUGA:Euforia Sincia Run 2025, Lautan Merah Emas di Pakuwon City Mall
Para peserta sudah bersiap di garis start Sincia Run 2025. --HARIAN DISWAY
Pegawai Bank Jatim berusia 34 tahun itu memang berniat tampil unik bersama lima rekan lainnya. “Sekaligus merayakan Tahun Baru Imlek. Jadi kami ingin lari dengan penuh kebahagiaan,” ujarnya.
Meski tampak seru, berlari dengan kostum vampir Tiongkok membutuhkan tenaga ekstra. Karena karakter tersebut gaya berjalannya melompat-lompat.
Riyanda pun harus mengatur napas. Stamina harus terjaga. Sebab, kostumnya cukup tebal. Belum lagi riasan yang mulai luntur akibat keringat.
Namun, segala tantangan tersebut berhasil dilalui. Ia sukses menyelesaikan rute 5 km dengan penuh semangat.
Setelah selesai, banyak peserta lain yang mengajaknya berfoto bersama. Vampire Riyanda sontak jadi pusat perhatian.
BACA JUGA:Sincia Run 2025 dan Beragam Motivasi Menarik Para Peserta
Dosen ITICM Jena Sarita meramaikan Sincia Run 2025 dengan kostum akatsuki. --HARIAN DISWAY
Tak kalah mencolok, Jena Sarita memilih tampil sebagai karakter dari anime Naruto. Dengan kimono bermotif Akatsuki serta ikat kepala Konoha yang dicoret, Jena tampil beda di tengah kerumunan pelari.
Dosen Institut Teknologi Insan Cendikia Mandiri (ITICM) berusia 37 tahun itu bahkan mempersiapkan kostumnya sejak Desember 2024. “Tahun lalu saya menyesal tidak pakai kostum. Jadi tahun ini saya all out,” katanya.
Meski sudah terbiasa lari maraton, Jena menyebut bahwa memakai kimono memberikan tantangan tersendiri.
Kainnya yang panjang membuat langkahnya harus lebih terkontrol. Ditambah dengan suhu udara Surabaya yang cukup hangat pada pagi hari. Ia harus ekstra hati-hati agar tidak kepanasan.