Termasuk beasiswa bagi mahasiswa Indonesia untuk studi S1 hingga S3.
"Jurusan yang tersedia sangat beragam. Mulai dari Pertanian, Teknik, Kedokteran, dan lain-lain. Untuk persiapannya memang cukup rumit. Jadi lebih baik langsung datang ke kantor Konsulat Jenderal Jepang untuk mendapatkan informasi lebih lanjut" katanya
BACA JUGA: Sincia Run 2025: Ajang Lari, Ajang Cerita
Selain pendidikan, kerja sama di bidang olahraga juga semakin berkembang. Ia menyebut adanya program pertukaran pemuda Indonesia dalam bidang lari dan maraton.
Tinggal di Indonesia, terutama di Surabaya, membuat Takeyama jatuh cinta dengan kuliner lokal. “Saya suka rawon, soto Lamongan, dan soto Madura. Rasanya khas,” katanya.
Ia juga mengamati bahwa tren olahraga maraton di Indonesia, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, semakin berkembang.
“Dulu, orang kurang memperhatikan olahraga. Terutama lari maraton. Tapi sekarang komunitas-komunitas lari semakin banyak. Itu sangat bagus,” ujarnya.
Sebagai pelari yang sudah mengikuti berbagai event maraton di Jepang dan Indonesia, Takeyama merasakan perbedaan atmosfer di kedua negara.
“Di Jepang, acara maraton sangat banyak dan pesertanya sangat serius. Biasanya yang paling populer adalah half marathon dan full marathon,” jelasnya.
Takeyama Kenichi berlari di Sinciarun bersama warga Surabaya, merayakan persahabatan dan semangat komunitas dalam menyambut Tahun Baru Imlek. -Dian Mukti Wicaksono-Media Relation Sincia Run 2025
BACA JUGA: Profil Fenty Rischana, Kapten Bank Jatim Runners Ikut Sincia Run 2025
Di Jepang, maraton sering dilakukan setelah jam kerja. Karena masyarakatnya terbiasa hidup dengan ritme yang cepat dan disiplin.
“Di sini saya melihat pesertanya lebih santai. Di Jepang, semua serba serius dan cepat. Budaya seperti itu sudah terbentuk. Jadi, kadang orang Jepang lupa bagaimana cara bersantai,” katanya, kemudian tersenyum.
Meski berasal dari Jepang, Takeyama merasa kehidupan di Surabaya sangat nyaman dan menyenangkan.
“Mungkin di Jepang saya sudah lupa bagaimana rasanya hidup santai. Di sini, orang-orangnya akrab dan tidak terburu-buru. Ini yang sebenarnya harus dipelajari oleh masyarakat Jepang,” pungkasnya.
Sebagai seorang diplomat, pelari maraton, dan pendaki gunung, Kenichi bukan hanya mewakili negaranya di Indonesia, tetapi juga menunjukkan bagaimana olahraga bisa menjadi jembatan persahabatan antara dua negara. (*)