Pembangunan Manusia Melalui Generasi Muda: Investasi Jangka Panjang Indonesia

Minggu 09-02-2025,18:53 WIB
Oleh: Moh. Suma Firman R.*

KEBIJAKAN FUNDAMENTAL PEMBANGUNAN MANUSIA

Konsentrasi pemerintah dalam memperhatikan kebutuhan fundamental, seperti kebijakan cek kesehatan gratis dan asupan gizi untuk anak, tidak hanya memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi dapat memberikan implikasi jangka panjang. 

Selain memberikan konsentrasi fundamental secara fisik dengan asupan gizi tubuh, pemerintah juga memfokuskan penanaman gaya hidup berkarakter kepada siswa Indonesia. 

Melalui Kemendikdasmen, pemerintah mulai menanamkan pendidikan karakter dengan menerapkan gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. 

Dengan gerakan yang mengajarkan anak untuk bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, dapat melatih generasi muda Indonesia memiliki gaya hidup yang sehat dan berkualitas untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. 

GEN Z: REMAJA DIBANGUN SEBAGAI PEMBANGUN

Gen Z yang merupakan generasi paling krusial untuk disiapkan juga harus mendapat konsentrasi kebijakan yang memadai dari pemerintah. Masalah-masalah yang muncul pada remaja harus dijawab dengan strategi kebijakan yang konkret sebagai bentuk penyiapan generasi muda. 

Mental illness, fatherless, dan dampak dari bullying adalah beberapa tren persoalan yang khas pada gen Z. 

Sudahkah negara hadir untuk mengatasi masalah mental pada gen Z? Memang beberapa spot lembaga pemerintah berupaya memberikan penanganan pada masalah itu. 

Program Satgas Siswa Sebaya yang digagas Kemendikbud pada siswa sekolah berfungsi untuk memantau, mencatat, dan memberikan nasihat kepada teman-temannya tentang perilaku intimidasi. Lalu, melaporkan temuan mereka kepada guru untuk ditindaklanjuti. 

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga juga memiliki program genre (generasi berencana), yang membina generasi remaja untuk memahami dirinya dengan fokus kesehatan reproduksi, kesehatan mental, keterampila hidup, dan penyiapan kehidupan berkeluarga. 

Genre memiliki konselor sebaya yang berperan di sekolah-sekolah, desa, dan kecamatan, melalui PIK-R (pusat informasi dan konseling remaja) yang berfungsi sebagai konselor, pendidik, dan pendengar bagi sebayanya.

Dari sisi ekonomi, gen Z atau remaja dianggap tidak memiliki produktivitas sama sekali atau disebut NEET (neither at education, employment, or training). 

Meski tidak berpenghasilan cukup tinggi, bahkan sama sekali tidak berpenghasilan, remaja gen Z sering dianggap memiliki perilaku pola konsumsi yang impulsif atau doom spending

Perilaku itu disebabkan, antara lain, oleh FOMO (fear of missing out) dan YOLO (you only live once). Remaja gen Z juga dikenal sulit untuk mengambil keputusan karena FOBO (fear of better option), terutama jika itu menyebabkan dirinya jauh dari sebayanya atau zona nyamannya.

Karena usia remaja yang merupakan transisi dari anak-anak menuju dewasa alias dari nonproduktif menuju produktif, diperlukan penyiapan yang serius dan terukur. Pelibatan remaja sebagai pembangun remaja itu bermaksud remajalah yang mengetahui permasalahan pada sebayanya. 

Kategori :