SPPG Duga Keracunan MBG di SDN Meruya Selatan Bukan karena Puding Cokelat

SPPG Duga Keracunan MBG di SDN Meruya Selatan Bukan karena Puding Cokelat

BGN buka peluang kerja sama dengan India untuk memperkuat program Makan Bergizi Gratis.-Candra Pratama-

HARIAN DISWAY - Sekitar 20 siswa SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat, diduga mengalami gejala mual dan pusing usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu, 29 Oktober 2025. 

Kejadian tersebut ditanggapi oleh Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Meruya Selatan, Satria Jaya Putra Satria memastikan tidak ada indikasi keracunan makanan berdasarkan hasil pemeriksaan medis pada Selasa, 4 November 2025.

Satria menjelaskan, laporan dugaan keracunan muncul setelah seorang siswa mencium aroma tidak wajar dari puding cokelat yang menjadi bagian menu MBG hari itu. Menu tersebut terdiri atas mi, telur, tahu, dan puding cokelat. “Awalnya ada satu anak yang bilang baunya aneh. Tapi setelah saya cium, ternyata hanya bau gosong dari puding yang sedikit overcook,” jelasnya.

Pihak sekolah sebelumnya menduga puding menjadi penyebab gejala yang dialami sejumlah siswa karena sebagian berbau gosong. 

“Pudingnya sama, tapi kebetulan ada yang berbau seperti gosong. Yang satu lagi normal. Jadi memang ada dua macam,” kata Wakil Kepala Sekolah SDN Meruya Selatan 01, Nur Syamsiyah.

BACA JUGA:Wabup Pidie Jaya Aniaya Kepala Dapur MBG, Begini Respons BGN!

Menanggapi hal itu, Satria menegaskan bahwa semua menu MBG telah melalui uji organoleptik atau pencicipan sebelum dikirim ke sekolah-sekolah. Bahkan, lurah setempat ikut mencicip puding tersebut pada pagi hari sebelum distribusi.

“Dan tidak ada bau aneh atau tanda rusak,” tegasnya.

Menurut Satria, aroma gosong itu kemungkinan muncul akibat proses pemasakan yang terlalu lama pada sebagian adonan puding. 

“Mungkin ada beberapa yang pengolahannya terlalu matang, jadi baunya agak berbeda,” ujarnya.

Lebih lanjut, Satria mengungkapkan bahwa puding tersebut dibuat oleh UMKM mitra SPPG, yang saat itu menggantikan susu kotak karena stok di Jakarta sedang kosong. 

“Kalau puding memang kami pesan dari UMKM. Mie basah juga begitu, karena takut kewalahan. Tapi telur kami olah sendiri,” tutur Satria.

Meski kerja sama dengan UMKM diizinkan, Satria menegaskan pihak ketiga wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SHLS) dari BPOM. 

BACA JUGA:Bupati Gresik Resmikan SPPG Dapur Hibrid di Yayasan PPNU Trate, Kolaborasi untuk Gizi Anak Sekolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id