PEMERINTAHAN Presiden Prabowo Subianto, dalam berbagai kebijakannya, menunjukkan pemprioritasan dalam pembangunan manusia. Program makan bergizi gratis, rencana pembangunan sekolah unggulan garuda, dan bantuan gizi untuk balita dan ibu hamil merupakan sebagian bentuk keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan di sektor pembangunan manusia.
Melihat dari perspektif membangun manusia sebagai investasi jangka panjang adalah keputusan menentukan bagi nasib bangsa di masa depan.
Komitmen membangun manusia Indonesia sebagai investasi jangka panjang bukanlah perspektif pembangunan tanpa data. Pada semester satu 2024, terdapat 66,77 juta penduduk atau 31,58 persen dari penduduk Indonesia adalah usia 10–29 tahun.
BACA JUGA:Indeks Pembangunan Manusia
BACA JUGA:Membangun Kesadaran: Edukasi Pergaulan Bebas di Kalangan Generasi Muda
Artinya, rentang usia itulah yang berpotensi mewarnai maju atau tidaknya Indonesia di masa yang akan datang.
Generasi muda kerap kali dikaitkan dengan fenomena kependudukan di Indonesia, yang kini sedang dan akan berlangsung, yaitu bonus demografi. Bonus demografi, jika tidak ditangani secara serius, akan mendatangkan bencana demografi yang masalahnya akan terjadi dalam jangka panjang.
Angka perbandingan antara penduduk usia produktif dan nonproduktif adalah 100:45. Artinya, tiap 100 penduduk usia produktif menanggung hidup 45 penduduk usia nonproduktif, selain menanggung hidupnya sendiri.
Pertanyaannya, apakah generasi muda yang menjadi bagian dari penduduk usia produktif itu benar-benar produktif secara ekonomi, perspektif gaya hidup, dan motivasi untuk maju.
BACA JUGA:Generasi Muda dan Tantangan Demokrasi Digital di Indonesia
BACA JUGA:Pertamina Dukung Generasi Muda di Dunia Balap Motor
Persoalan produktivitas yang berkaitan dengan ekonomi, keterampilan, dan motivasi daya saing yang dapat diandalkan adalah topik paling krusial, tidak untuk hanya dibahas, tapi juga dilakukan tindakan yang dapat mendukungnya, setidaknya dalam 5–20 tahun mendatang.
Membangun manusia Indonesia melalui pendekatan siklus hidup menjadi strategi fundamental dalam menempa generasi unggul. Salah satu siklus yang paling kritis adalah usia remaja.
Menurut Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN RI, rentang usia remaja adalah 10–24 tahun, dengan tiga tahap siklus pertumbuhan, yaitu remaja awal (10–14 tahun), remaja tengah (15–19 tahun), dan remaja akhir (20–24 tahun).
Melalui masa-masa siklus hidup kritis itulah yang menentukan bagaimana generasi muda saat ini dibangun dan bagaimana dampak yang diberikan untuk pembangunan secara ”semesta” di masa depan.