Apakah Profesi Dokter Masih Menjadi Pilihan?

Senin 10-02-2025,16:33 WIB
Oleh: Jagaddhito Probokusumo*

Pulau Jawa sebagai pusat ekonomi Indonesia menyumbang 57 persen dari total PDRB di Indonesia. Perekonomian kita mayoritas berputar hanya di Pulau Jawa. 

Ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa itulah yang mengakibatkan infrastruktur di luar Jawa menjadi tertinggal, baik itu menyangkut akses jalan, akses internet, listrik, air bersih, pendidikan, maupun kesehatan. 

Sulit membayangkan para dokter kita untuk terdistribusi merata jika fasilitas dasarnya belum tersedia. 

Ketiga adalah masalah kesejahteraan. Para dokter, meski tugas utamanya menolong orang sakit, perlu penghasilan untuk hidup. Tidak mungkin dokter memikirkan penderitaan orang lain jika diri sendiri masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. 

Rasanya, sudah saatnya kita tidak lagi memandang dokter sebagai profesi mulia karena pengabdian adalah hal yang tidak bisa diukur dengan materi. 

Padahal, dokter memiliki keluarga yang harus diberi makan. Ada imbalan jasa di sana.

Sebagai penutup, tidak mudah menghasilkan dokter yang kompeten dan memiliki nurani. Ada sumpah dokter yang senantiasa harus dipegang. 

Kita tentu membutuhkan dokter yang berhati mulia. Namun, dokter sebagai makhluk Tuhan juga memiliki perasaan, menginginkan perlindungan, dan membutuhkan penghargaan dalam menjalankan profesinya. (*)


*) Jagaddhito Probokusumo adalah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dan fellowship training interventional cardiology di Rizhao International Heart Hospital, Shandong, Tiongkok.

 

Kategori :