BPI Danantara: Lembaga Pengepul Dana atau Birokrasi Investasi Baru?

Selasa 18-02-2025,06:33 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Danantara memiliki sejumlah wewenang. Poin pertama menjelaskan bahwa lembaga baru yang akan dibentuk Prabowo itu berwenang mengelola dividen holding investasi, holding operasional, dan BUMN. 

Danantara selanjutnya juga berwenang menyetujui penambahan dan/atau pengurangan penyertaan modal pada BUMN yang bersumber dari pengelolaan dividen. 

Regulasi tersebut juga memberi kewenangan badan itu untuk menyetujui restrukturisasi BUMN, termasuk penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan. 

Di samping mengelola BUMN, Danantara diperkenankan untuk melakukan investasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Merujuk Pasal 3g, Danantara juga diberi ruang untuk melakukan kerja sama dengan holding investasi, holding operasional, dan pihak ketiga.

Di tengah sengitnya persaingan untuk menarik investor global, Indonesia harus berhadapan dengan sejumlah operator SWF dari beberapa negara lain yang tak kalah besarnya jumlah dana yang dikelola. 

Menurut data Sovereign Wealth Fund Institute, sejumlah SWF terbesar di dunia saat ini dimiliki pemerintah Norwegia, Tiongkok, Uni Emirat Arab, Kuwait, Arab Saudi, Singapura, Qatar, dan Hongkong. 

Sepuluh badan pengelola investasi milik negara atau SWF dengan aset terbesar global per tanggal 6 November 2024 secara berurutan adalah Norway Government Pension Fund Global (GPFG), Norwegia: USD 1,8 triliun; China Investment Corporation (CIC), Tiongkok: USD 1,33 triliun; dan SAFE Investment Company, Tiongkok: USD 1,09 triliun.

Lalu, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Uni Emirat Arab: USD 1,06 triliun; Kuwait Investment Authority (KIA), Kuwait: USD 980 miliar; dan Public Investment Fund of Saudi Arabia (PIF), Arab Saudi: USD 925 miliar. 

Kemudian, GIC Private Limited, Singapura: USD 800,8 miliar; Qatar Investment Authority (QIA), Qatar: USD 526,05 miliar; dan Hong Kong Monetary Authority Investment Portfolio (HKMA IP), Hongkong: USD 514,35 miliar. 

Berikutnya, National Council for Social Security Fund (NSSF), Tiongkok: USD 414 miliar.

Mengapa SWF begitu penting? 

Pertama, sebagai sumber daya finansial yang sangat besar dan idle, SWF bisa ditransformasikan ke dalam bentuk portofolio investasi yang sangat menguntungkan bila dikelola dengan baik. 

Sebagai contoh, di Amerika Serikat (AS) dana SWF bisa dialokasikan untuk mengambil saham-saham di institusi keuangan global seperti Morgan Stanley, Citigroup, dan Merrill Lynch selama krisis keuangan. 

Pengaruh mereka meningkat dan berkontribusi pada penggelembungan aset di real estat kota-kota besar seperti London dan New York. Selain itu, dana tersebut berpotensi menjadi alat penekan dan mendominasi pasar keuangan global. 

Kedua, negara-negara yang memiliki pilihan investasi yang luas tidak hanya membeli surat berharga yang diterbitkan negara-negara dengan perekonomian kuat seperti Treasury bills dan dolar AS, tetapi juga bisa berinvestasi di institusi keuangan, infrastruktur, maupun perusahaan-perusahaan ternama global lainnya. 

Ketiga, penggunaan dana SWF perlu didukung tata kelola yang transparan dan akuntabel. Jika tidak, berpotensi memunculkan kecurigaan dan kekhawatiran tentang niat investasi, apakah semata-mata karena alasan komersial atau alasan ekonomi politik. 

Kategori :