IHSG Terus Terpuruk, Februari Ditutup Memerah

Sabtu 01-03-2025,19:16 WIB
Reporter : Michael Fredy Jacob
Editor : Noor Arief Prasetyo

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah. Bahkan, berdasar data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang Februari 2025, hanya tujuh kali IHSG ditutup positif. Sisanya, grafiknya berwarna merah.

Hari terakhir Februari, IHSG ditutup melemah 3,31 persen ke angka 6.270,60 atau minus 214,85 poin dari pembukaan pasar modal. Kemarin, 28 Februari 2025, IHSG dibuka di angka 6.485,45.

Executive Trainer KP BEI Jawa Timur Hesty Budiharti mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan IHSG terus turun adalah investor asing yang terus menjual saham mereka sejak awal tahun 2025.

“Hingga kemarin, net sell investor asing sudah membukukan Rp 18,99 triliun. Angkanya memang cukup besar. Kondisi ini sedikit banyak sangat memengaruhi IHSG kita,” katanya saat ditemui Harian Disway, Jumat, 28 Februari 2025.

BACA JUGA:IHSG Ambruk ke Titik Terendah Sejak 2021! Dana Asing Kabur Rp 18,98 Triliun, Pasar Saham Kian Terpuruk

BACA JUGA:IHSG Dibuka Menguat Hari Ini, Saham Bank Jumbo Terpukul dan Top Losers Anjlok Hingga 24,74 Persen Kemarin

Salah satu pemicu utama adalah keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk memangkas bobot saham Indonesia dalam indeks globalnya. Kemarin, MSCI akan melakukan cutoff perubahan bobot saham Indonesia. 

Efektif per 3 Maret 2025, bobot saham Indonesia dalam indeks MSCI dikurangi dari 2,2 persen menjadi 1,5 persen. Keputusan ini diperkirakan akan memicu tekanan jual dari investor asing dalam beberapa hari ke depan.

Dalam rebalancing terbarunya, MSCI tidak menambah saham baru di kategori large cap Indonesia. Sebaliknya, tiga saham justru dikeluarkan dari daftar konstituen MSCI. Mereka adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).


Executive Trainer KP BEI Jawa Timur Hesty Budiharti.-Boy Slamet-

MDKA dan INKP kini masuk ke kategori small cap, sementara UNVR sepenuhnya terdepak dari daftar MSCI. Perubahan ini semakin mempersempit cakupan investasi asing di pasar saham domestik.

Selain pemangkasan bobot, saham Indonesia juga mengalami penurunan peringkat dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Morgan Stanley mencatat bahwa return on equity (ROE) saham-saham Indonesia terus melemah.

Hal itu akibat perlambatan ekonomi dan tekanan pada sektor siklikal. Dengan rebalancing yang semakin menggerus bobot saham Indonesia, investor lebih waspada terhadap volatilitas pasar dan potensi peningkatan tekanan jual dalam waktu dekat.

BACA JUGA:Brigit Biofarmaka (OBAT), Pendatang Baru yang Langsung Moncer di Pasar Saham

BACA JUGA:Saham BBCA Anjlok hingga Rp 9.000 Gegara Serangan Ransomware? Begini Respons Manajemen!

Kategori :