Ditulis: ”Saya telah menyurvei ratusan orang di banyak organisasi yang mencakup lebih dari 17 perusahaan industri, dan bertanya kepada para bos perusahaan (bukan pemilik), mengapa mereka berperilaku tidak sopan?
Lebih dari separuh dari mereka mengklaim, itu karena mereka kelebihan beban tugas. Lebih dari 40 persen mereka mengatakan tidak punya waktu untuk bersikap baik terhadap bawahan. Itu tentang bagaimana sesuatu disampaikan, menyangkut nada bicara, dan cara nonverbal.
Penelitian Porath dengan Prof Amir Erez, guru besar manajemen di Universitas Florida, AS, menunjukkan bahwa orang yang bekerja di lingkungan yang dicirikan oleh ketidaksopanan bos berdampak merugikan tim. Bos melewatkan informasi yang semestinya bisa dilaporkan bawahan kepadanya.
BACA JUGA:Drama Pembunuhan Anak Pungut di Musi Banyuasin
BACA JUGA:Korban Pembunuhan di Pemalang Berseragam Pramuka
Dalam sebuah penelitian, seorang anggota tim peneliti yang dijuluki ”profesor yang sibuk” dalam perjalanan menuju lokasi penelitian bersikap kasar kepada peserta dengan menegur mereka karena mengganggunya.
Alhasil, performa tim peneliti 61 persen lebih buruk dalam teka-teki kata dan 58 persen lebih sedikit ide dalam tugas balok daripada mereka yang tidak diperlakukan dengan kasar.
”Kami menemukan pola yang sama bagi mereka yang hanya menyaksikan ketidaksopanan: Mereka tampil 22 persen lebih buruk dalam teka-teki kata dan menghasilkan 28 persen lebih sedikit ide dalam tugas curah pendapat,” tulis Porath.
Banyak bos yang skeptis tentang manfaat bersikap sopan. Seperempatnya percaya bahwa bahwa jika tidak marah, mereka akan kelihatan kurang meyakinkan sebagaimana layaknya pemimpin. Sekitar 40 persen bos takut bahwa mereka akan dimanfaatkan anak buah jika bersikap baik di tempat kerja.
Sebagian bos berpikir bahwa lebih baik mereka memamerkan otot untuk meraih kekuasaan. Mereka berebut posisi di tempat kerja yang kompetitif dan tidak ingin menempatkan diri mereka pada posisi yang kurang menguntungkan.
Padahal, hasil riset menunjukkan bahwa bos yang tidak sopan terhadap bawahan justru berdampak hasil kerja tim tidak baik.
Ketidaksopanan sering kali muncul karena ketidaktahuan para bos. Bukan karena niat jahat.
Porath: ”Seorang dokter bedah mengatakan kepada saya bahwa sampai ia menerima beberapa umpan balik yang kasar dari pasien, ia tidak tahu bahwa begitu banyak orang menganggapnya menyebalkan. Ia hanya memperlakukan pasien sebagaimana ia telah dilatih untuk itu.”
Teknologi mengalihkan perhatian kita. Kita terhubung dengan telepon pintar selama rapat. Atau menjelajahi internet saat mengikuti suatu konferensi. Malah, sebagian orang bermain game daripada mendengarkan jalannya rapat.
Porath: ”Meskipun dalam survei orang mengatakan mereka takut tidak akan naik jabatan di suatu organisasi jika mereka benar-benar ramah dan suka menolong, tapi sebaliknya, orang yang sopan kebanyakan sukses.”
Dalam kasus pembunuhan bos ruko, berdasar pengakuan tersangka, sikap kasar korban kepada tersangka disebabkan emosi spontan korban. Seperti ditulis Porath, umumnya bos kasar tidak berniat jahat.