Riyaya Unduh-Unduh di Mojowarno: Tradisi Syukur dan Gotong Royong yang Menyatukan Anak Bangsa

Minggu 11-05-2025,22:35 WIB
Reporter : Susi Laksmita Pratiwi*
Editor : Heti Palestina Yunani

Kedua tradisi ini memiliki tujuan sama: memohon perlindungan Tuhan atas hasil pertanian dan kehidupan desa. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang menjadi Riyaya Unduh-Unduh yang kini dikenal, dan dilakukan pada bulan Mei setiap tahun oleh umat GKJW Mojowarno.

BACA JUGA: 4 Tradisi Masyarakat Bali setelah Nyepi, Ada Mandi Lumpur dan Omed-omedan

Gotong Royong di Tengah Masa Sulit

Menurut Budi, ketua panitia Unduh-Unduh tahun ini, tradisi ini mengajarkan masyarakat untuk tetap bersyukur meskipun sedang menghadapi tantangan kehidupan. 

“Saat ini, kita—terutama di desa—dapat memahami situasi dan kondisi sulit yang sedang kita hadapi. Di sinilah rasa syukur kepada Tuhan sudah sepantasnya dimiliki oleh setiap insan manusia yang hidup di muka bumi ini, termasuk di Mojowarno,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Edi Pattinasarane, tokoh Kristen dari Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Jawa Timur. Ia menilai Riyaya Unduh-Unduh adalah simbol persatuan anak bangsa dari berbagai suku, ras, dan agama. 

BACA JUGA: Mengenal Tradisi Tanam Tembuni, Mengubur Ari-ari

“Ini sangat indah sekali. Di masa apa pun, baik senang maupun duka, semua tetap memiliki rasa dan semangat yang sama untuk membangun kegotongroyongan, serta menjaga nilai-nilai luhur dari para pendahulu yang menjadi warisan dan patut ditiru serta dijaga dari generasi ke generasi,” harap Edi.

Potensi Budaya dan Pariwisata Rohani


Masyarakat Mojowarno merayakan tradisi Unduh-Unduh dengan arak-arakan hasil bumi, nyanyian, dan tari-tarian, menciptakan suasana syukur yang kental dengan budaya Jawa.-Petrus Titus Reawarauw-

Riyaya Unduh-Unduh bukan hanya sekadar perayaan religius. Menurut Yan Ferdinandus, seorang peziarah dari Surabaya, acara ini memiliki potensi besar untuk dikenalkan secara internasional. 

"Agenda budaya ini sangat bagus, dan saya berharap acara tahunan di bulan Mei ini dapat diperkenalkan kepada masyarakat internasional. Dengan begitu, Gereja Mojowarno bukan hanya dikenal sebagai cagar budaya, tetapi juga sebagai tempat yang memiliki nilai-nilai yang berdampak bagi dunia pariwisata global," ujar mantan Majelis GPIB Ebenhaezer ini. 

BACA JUGA: Khofifah Dialog dengan Pendeta GKJW, Dapat Pesan Rawat Toleransi dan Persaudaraan Sejati

Sebagai informasi, tradisi Unduh-Unduh telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor registrasi 201900986 pada tahun 2019.

Pandangan ini sejalan dengan visi UNESCO mengenai perlunya pelestarian warisan budaya tak benda sebagai elemen penting dalam menjaga identitas dan keberagaman budaya suatu bangsa.

Menjaga Warisan, Merawat Kebersamaan

Riyaya Unduh-Unduh di Mojowarno adalah lebih dari sekadar tradisi panen atau acara gerejawi. Ini adalah ruang di mana iman, budaya, dan kemanusiaan saling bertemu dan menguatkan.

BACA JUGA: Tari dan Identitas Bangsa: Refleksi Hari Tari Internasional dan Masa Depan Warisan Budaya Indonesia

Di tengah dunia yang terus berubah, tradisi ini mengingatkan bahwa keberlangsungan sebuah bangsa tidak hanya ditentukan oleh teknologi dan ekonomi, tetapi juga oleh kemampuan masyarakatnya dalam merawat warisan nilai-nilai luhur.

Kategori :