Mengenal Tradisi Tanam Tembuni, Mengubur Ari-ari

Mengenal Tradisi Tanam Tembuni, Mengubur Ari-ari

Tembuni atau ari-ari plasenta yang dimasukkan ke dalam kendi dan dikubur di dekat rumah.-Pinterest-Pinterest

HARIAN DISWAY - Kelahiran bayi disambut dengan berbagai ritual yang memiliki makna simbolik dan spiritual dalam berbagai budaya Nusantara. 

Tradisi tembuni adalah upacara yang dilakukan untuk menjaga plasenta atau ari-ari bayi setelah kelahiran. Tradisi itu menjadi salah satu Tradisi yang masih dipraktikkan oleh sebagian besar orang Indonesia.

Tembuni, atau dalam istilah medis disebut plasenta adalah organ yang menemani bayi selama sembilan bulan di dalam rahim, berfungsi untuk memberikan nutrisi, oksigen, dan melindunginya dari zat-zat berbahaya.


Tembuni dicuci bersih, dibungkus dengan kain putih bersih (kadang-kadang dengan bunga tujuh rupa) dan dimasukkan ke dalam kendi.-Pinterest-Pinterest

BACA JUGA:7 Tradisi Unik Kota Surabaya, Sebagian Mulai Pudar

Tembuni jika dilihat dalam perspektif tradisional, tradisi itu lebih dari sekadar organ biologis, mereka dianggap sebagai saudara kembar atau bahkan makhluk halus penjaga yang dekat dengan bayi.

Oleh karena itu, proses memperlakukan tembuni dilakukan dengan cara yang sakral, penuh penghormatan, dan memiliki nilai spiritual yang tinggi, bukan dengan cara yang sembarangan.

Tradisi tembuni berbeda-beda tergantung pada tempat dan budaya masyarakatnya. Misalnya, di Jawa, tembuni dicuci bersih, dibungkus dengan kain putih bersih (kadang-kadang dengan bunga tujuh rupa) dan dimasukkan ke dalam kendi atau tempurung kelapa setelah bayi lahir.

Setelah itu, tembuni yang ada di dalam kendi akan dikubur di dekat rumah, biasanya di bawah pohon atau tempat lain yang dianggap suci dan aman. Menurut beberapa kepercayaan, kuburan bayi laki-laki ditanam di sebelah kanan rumah, dan kuburan perempuan di sebelah kiri.

Selama proses penguburan, juga dilakukan doa-doa agar sang bayi selalu dijaga, berharap kelak menjadi orang yang sehat, kuat, dan berbudi luhur. Ada juga orang yang meletakkan mainan kecil, uang koin, atau alat tulis di dalam kuburan tembuni sebagai tanda harapan orang tua agar anaknya menjadi pintar, berkecukupan, dan bahagia.

Banyak orang percaya bahwa kehidupan manusia tidak dimulai saat lahir, melainkan sejak dalam kandungan, sehingga diperlukan perawatan khusus untuk tembuni. Tembuni dianggap sebagai teman sejati bayi di alam rahim. Tembuni atau ari-ari menjadi teman, penjaga, dan bahkan pembisik spiritual.

Oleh karena itu, setiap keluarga berperan untuk menjaga lokasi dan kebersihan kuburan tembuni. Tidak jarang, lokasi penguburan juga digunakan oleh ibu atau nenek sebagai tempat “ziarah” kecil

Di luar konteks agama dan kepercayaan, tradisi tembuni memiliki pesan budaya dan lingkungan yang mendalam. Mencuci, membungkus, dan menguburkan tembuni dengan hati-hati adalah cara menghormati tubuh manusia dan siklus kehidupan itu sendiri.

BACA JUGA:4 Tradisi Masyarakat Bali setelah Nyepi, Ada Mandi Lumpur dan Omed-omedan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: