Ekspor ke AS Tercekik Tarif 32 Persen, Pengamat: Indonesia Butuh Kebijakan Pro Eksportir

Sabtu 05-04-2025,11:47 WIB
Reporter : Michael Fredy Yacob
Editor : Mohamad Nur Khotib

"Pemerintah Indonesia akan mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatif terhadap perekonomian nasional Indonesia," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI dikutip Jumat, 4 April 2025.

BACA JUGA:Indonesia Terkena 32 Persen Tarif Resiprokal Trump, Ini Dampaknya Menurut Pakar Ekonomi

Langkah konkret itu mencakup perhitungan dampak tarif terhadap sektor-sektor utama, negosiasi dengan AS, serta koordinasi lintas kementerian dan lembaga terkait.

Presiden Prabowo Subianto juga menginstruksikan jajarannya untuk melakukan deregulasi dan menghapus hambatan kebijakan nontarif guna menjaga iklim investasi.

Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak pasar global yang semakin dinamis.

BACA JUGA:Trump Umumkan Kebijakan Tarif Baru, Tiongkok Kena 34 Persen, Uni Eropa 20 Persen

Pemerintah pun memastikan likuiditas valas tetap terjaga serta stabilitas nilai tukar rupiah tetap kuat. Yakni untuk mendukung pelaku usaha nasional dalam menghadapi tantangan perdagangan internasional itu.

Di sisi lain, Indonesia punya segalanya yang tidak dimiliki AS. Seperti produksi alas kaki dan furniture. Karena itu, pengamat ekonomi dari Universitas Ciputra Surabaya Fernanda Reza Muhammad menilai kenaikan pajak 32 persen dari Trump harus dinilai sebagai peluang yang besar.

“Memang nantinya barang Indonesia yang dijual di AS akan mahal. Tapi apakah di sana ada. Ini kan sebenarnya hanya gertakan dari Trump agar kita membeli produk Amerika saja. Agar penjualannya seimbang,” katanya kepada Harian Disway, Jumat, 4 April 2025.

BACA JUGA:Saham Otomotif Drop akibat Trump Kenakan Tarif 25 Persen untuk Kendaraan Impor

Tetapi, kata Reza, hal itu tidak akan seimbang lantaran dolar AS saat ini sangat mahal.

Otomatis, harga barang-barang dari negeri Paman Sam itu pun akan ikut melejit.

Indonesia pun pasti akan mencari negara lain dengan harga yang sama dengan kualitas yang tidak jauh berbeda.

Ya, menurut founder Akademi Mudah Ekspor itu, yang terdampak langsung oleh kenaikan tarif impor itu adalah para konsumen di AS. Mereka, para konsumen itu, akan mencoba untuk mencari produk yang sama dari negara lain.

“Negara mana? Vietnam? Mereka saja dikenakan pajak 46 persen. Untuk pesaing produk alas kaki kita saja itu dari Vietnam. Sementara pesaing kita di sektor garmen yakni Pakistan dan Bangladesh. Jadi, Indonesia sebenarnya punya daya tawar tersendiri sebenarnya,” ungkapnya. 

BACA JUGA:Pasar Saham Global Melemah Akibat Kebijakan Trump

Kategori :