Reuni Bareng A. Azis dalam Antologi Puisi Eks Wartawan Surabaya Post

Jumat 11-04-2025,20:00 WIB
Reporter : Susi Laksmita Pratiwi*
Editor : Heti Palestina Yunani

Yang menarik, proses mengumpulkan puisi-puisi itu justru dirasakan dalam deadline yang mepet. Imung harus memburu beberapa nama yang harus turut serta dalam antologi. Meskipun akhirnya banyak yang absen.

BACA JUGA: Aksi Bela Palestina, Menlu Curahkan Hatinya melalui Puisi tentang Mirisnya Anak-anak Gaza yang Tewas

Seperti dua nama yang sudah wafat, Sirikit Syah dan RM. Yunani Prawiranegara. Puisi Sirikit ia dapatkan lewat internet. 

Puisi Yunani ia dapatkan lewat putranya, Ahmad Romawi Yunani. Ada tiga puisi yang ditemukan dalam hard disk lawas milik wartawan senior SP itu. Satu berupa prosa liris dan dua puisi dalam bahasa Jawa atau geguritan.

”Saya mendapatkannya justru beberapa jam menjelang deadline ketiga. Hari itu putra Mas Yun saya kasih batas waktu. Jika memang tak ada, saya baru rela tinggalkan. Untung ada,” bebernya.

BACA JUGA: Hari Puisi Nasional 28 April Ini Terkait dengan Sosok Chairil Anwar, Masih Ada Pula Hari Puisi Indonesia

Terkait itu, ada kisah tersendiri ketika Imung mendapatkan puisi almarhum A. Azis yang memicunya untuk meminta puisi para jurnalis yang telah wafat untuk juga ada dalam buku.

“Ceritanya waktu saya mau bikin pengantar, saya mencari referensi. Eh, ketemu buku biografi A. Azis Wartawan Kita yang ditulis Nurinwa dkk 1985,” katanya. 

“Saya terkejut karena ya baru kali itu saya tahu bahwa Pak Azis ternyata menulis puisi, bahkan cerpen, dan naskah sandiwara. Karya Pak Azis mendapat pujian dari Usmar Ismail dan para sastrawan pada masa itu. Ini kan momentum tak terduga yang sangat menyemangati penerbitan buku,” lanjutnya.

BACA JUGA: Puisi Retno Marsudi di Aksi Bela Palestina: Aku dan Indonesiaku, Terus Bersamamu Sampai Penjajah Enyah dari Rumahmu!

Salah satu puisi Aziz itu berjudul Djiwa Moeda yang terbit di Soeara Asia, pada 7 Djoeli 2605 (7 Juli 1945, Red), Hal. II, Kol. 5. “Puisi itulah yang langsung saya pakai sebagai pembuka buku,” papar Imung.

Selanjutnya 38 nama yang lain seolah-olah membersamai puisi Azis. “Jadi, Setelah Tanpa Deadline ini seperti reuni bareng Pak Azis,” tambahnya. 


Toety Azis dan A. Azis pendiri Surabaya Post pada 1 April 1953. Tampak salah satu puisi A. Azis yang ditulis pada 1945. -Harian Disway-

Berkejaran dengan deadline pula, Imung berusaha menyelesaikan penerbitan itu bisa tuntas sebelum Idulfitri 1446 H. Saat diundang buka puasa bersama pada 16 Maret 2025 oleh M. Anis yang menulis pengantar buku, soft launching buku dilangsungkan sekalian. Soft launching kedua diadakan lagi pas 1 April 2025. 

BACA JUGA: Memperingati Hari Puisi Nasional, Inilah 7 Penyair Indonesia dengan Karyanya

“Sengaja. Mengingat itu tanggal bersejarah. Bapak A. Azis dan Ibu Toety Azis mendirikan SP pada 1953. Juga pas terhitung setelah 49 tahun saat SP dilikuidasi pada 1 April 2002. Nanti ada grand launching dengan pergelaran Tribute to SP dalam waktu dekat,” katanya. 

Kategori :