Tapi, itu dalam film. Kenyataannya bisa begitu, bisa juga sebaliknya.
Michelle: ”Jika pasangan Anda ingin bertemu anak-anak Anda, bagus. Namun, lakukanlah di linimasa Anda, bukan linimasa pasangan Anda. Anak-anak Anda, meskipun mereka langsung terhubung dengan pasangan Anda, juga harus memproses perubahan baru ini dan merasa nyaman dengannya.”
Intinya, dibutuhkan waktu berproses untuk benar-benar menyatukan hati antara anak-anak dengan ayah tiri mereka. Tidak bisa spontan.
Jika dibalik, duda punya anak dan berpacaran, atau kemudian menikah dengan perempuan single, kasusnya juga mirip saja.
Dikutip dari The New York Times, 11 Oktober 2022, berjudul I Think My Stepson Is Actually a Neighbor’s Biological Child. What Should I Do?, diungkapkan dari perspektif perempuan.
Naskah itu ditulis Kwame Anthony Appiah, dosen filsafat di New York University.
Dibuka dengan kalimat begini (dari perspektif perempuan): ”Saya pikir anak tiri saya sebenarnya anak kandung tetangganya. Kini apa yang harus saya lakukan?
Digambarkan, seorang perempuan (sebut saja A) sudah menikah 10 tahun dengan duda (sebut B) beranak dua. Dulu, sekitar dua bulan sebelum mereka menikah, si A diberi info temannyi bahwa mantan istri B berselingkuh dengan tetangga. Makanya, B bercerai dengan istri pertama.
A: ”Itu bukan dilema saya. Saya memberikan latar belakang ini untuk membantu menjelaskan, betapa kerasnya saya membenci wanita itu (mantan istri B). Dan, selama pernikahan mereka, ia memergoki wanita itu berselingkuh dengan tetangga beberapa kali.”
Sepanjang sepuluh tahun pernikahan mereka, A gelisah karena memandangi wajah anak bungsu tiri laki-laki itu sangat mirip dengan tetangga B, dulu ketika B masih menikah dengan istri pertama.
A: ”Saya percaya bahwa anak bungsu ini adalah hasil perselingkuhan. Seiring bertambahnya usia anak itu, kemiripannya dengan tetangga lama mereka menjadi sangat mencolok. Sekarang ia berusia 15 tahun.”
Tapi, A tidak pernah mengungkapkan itu kepada suami maupun kepada si bungsu. Dia memendam itu selama satu dekade. Mengapa dia memendam?
A: ”Karena saya ragu, apakah persepsi saya ini karena saya terlalu benci kepada ibu biologis anak bungsu ini ataukah persepsi saya ini memang objektif? Karena ragu, saya pendam dalam hati.”
A berencana mengungkapkan itu setelah bungsu dewasa. Sebab, menurutnyi, bungsu berhak tahu asal-usulnya.
Dari dua ilustrasi tersebut tergambar, kasus pembunuhan di Tangerang itu bagian rumit dari kehidupan manusia. Problem janda atau duda punya anak menikah lagi. (*)