HARIAN DISWAY - Kehidupan anak muda saat ini tidak bisa dilepaskan dari dunia online. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali, mayoritas dari mereka terhubung dengan media sosia dan berbagai platform komunikasi.
Aktivitas ini tentu membawa dampak besar pada pembentukan citra diri dan kepercayaan diri mereka. Media sosial memberikan ruang untuk berekspresi, tapi di sisi lain juga menciptakan tekanan yang tidak terlihat.
Banyak dari mereka merasa harus selalu tampil sempurna agar mendapatkan validasi dari orang lain dalam bentuk apapun. Kebutuhan untuk diterima secara online ini secara perlahan membentuk standar baru yang tidak realistis.
BACA JUGA: Doomscrolling: Maraknya Informasi Negatif di Media Sosial, Picu Gangguan Mental
Standar kecantikan, gaya hidup mewah, hingga pencapaian pribadi yang sering ditampilkan secara berlebihan bisa membuat seseorang mulai membandingkan dirinya dengan orang lain.
Perbandingan ini jika dilakukan terus-menerus, akan memicu rasa kurang puas terhadap diri sendiri, akibatnya kepercayaan diri akan menjadi goyah. Di sinilah muncul dilema yaitu anak muda ingin tetap menjadi bagian dari tren.
Tapi namun juga sadar bahwa terlalu larut dalam dunia online bisa menyakiti mental mereka. Banyak dari mereka mulai merasa terjebak antara menjadi diri sendiri dan menjadi versi terbaik yang bisa diterima oleh publik dunia maya.
BACA JUGA: 6 Hal yang Terlarang Diunggah di Media Sosial oleh Wanita Berkelas dan Elegan
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menimbulkan kecemasan sosial dan rasa rendah diri. Tak sedikit pula yang mengembangkan citra palsu di dunia online demi mendapatkan pengakuan.
Mereka menyusun narasi hidup yang tampak menyenangkan, padahal kenyataannya sangat berbeda dengan realita yang ada. Sebaliknya, kehidupan online juga bisa menjadi sumber kekuatan bagi sebagian anak muda yang berhasil mengelolanya dengan bijak.
Banyak yang menemukan komunitas yang mendukung, wadah untuk belajar, dan ruang aman untuk mengekspresikan diri secara jujur. Hal ini menunjukkan bahwa dampaknya tidak selalu negatif, tergantung bagaimana cara mereka menggunakannya.
Orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi interkasi anak di media sosial agar tidak mudah terbawa arus negatif digital. -YourTango-Pinterest
Namun, untuk sampai pada titik tersebut, diperlukan kesadaran dan pendampingan dari pihak orang tua. Anak muda harus dibekali dengan pemahaman terhadap dunia digital serta kemampuan membedakan antara kenyataan dan ilusi online.
Tanpa bimbingan, mereka rentan terseret ke dalam pola pikir yang merugikan diri. Orang tua dan lingkungan sekitar juga berperan penting dalam membangun rasa percaya diri yang sehat di tengah gempuran informasi digital.