Berikut adalah beberapa cara identifikasi yang dapat dilakukan:
BACA JUGA:Korea Selatan Membuka Penyelidikan Terhadap Kasus Deepfake Telegram
1. Perhatikan Ekspresi Wajah dan Sinkronisasi Suara
Konten deepfake sering kali menunjukkan ekspresi wajah yang kaku, tidak sinkron, atau tampak tidak alami. Pergerakan bibir yang tidak sesuai dengan suara serta jeda atau reaksi yang tampak aneh, bisa menjadi indikator adanya manipulasi digital.
Selain itu, aspek kecil seperti kedipan mata yang jarang, pandangan mata yang kosong, atau gerakan wajah yang berulang juga dapat menjadi tanda-tanda konten palsu.
2. Amati Kualitas Visual dan Detail Gambar
Meski teknologi deepfake terus mengalami penyempurnaan, masih terdapat ketidaksempurnaan visual yang bisa diidentifikasi.
BACA JUGA:Donald Trump Posting Gambar Deepfake AI Berisi Dukungan Taylor Swift
Misalnya, distorsi pada tepi wajah, perubahan pencahayaan yang tidak konsisten, atau bayangan yang tidak sesuai dengan arah sumber cahaya.
Fokus berlebih pada wajah dengan latar belakang yang kabur atau pixel yang tidak stabil juga menjadi tanda konten telah dimanipulasi.
3. Telusuri Sumber dan Konteks Konten
Masyarakat perlu lebih kritis dalam menerima informasi. Terutama yang bersifat sensasional atau kontroversial.
BACA JUGA:Nagita 61 Detik, Gorengan Deepfake?
Cek apakah video atau audio berasal dari sumber terpercaya seperti media resmi atau akun terverifikasi. Selain itu, penting untuk membaca konteks pernyataan dalam konten tersebut. Lalu melakukan perbandingan dengan rekaman atau laporan resmi yang relevan.
Gunakan tools pendeteksi deepfake seperti Deepware Scanner dan Microsoft Video Authenticator untuk memastikan konten benar-benar asli dan tidak dimanipulasi. --Freepik
4. Gunakan Alat Deteksi Deepfake
Seiring berkembangnya ancaman deepfake, sejumlah aplikasi dan perangkat lunak pendeteksi telah dikembangkan oleh lembaga teknologi dan peneliti. Beberapa alat yang dapat digunakan antara lain:
- Deepware Scanner : Menganalisis file video dan audio untuk menemukan jejak manipulasi.
- Microsoft Video Authenticator: Memberikan skor keaslian pada video.
- Sensity AI: Platform berbasis cloud yang banyak digunakan untuk pemantauan konten visual secara massal.
BACA JUGA:Gemini Hadir di Wear OS, Google Assistant Segera Pensiun?
Penggunaan teknologi itu, terutama di lembaga pemerintahan, media, dan institusi hukum, dapat membantu proses verifikasi dan mencegah penyebaran informasi palsu.
5. Tingkatkan Literasi Digital
Literasi digital menjadi kunci utama dalam melawan penyebaran konten deepfake. Pendidikan mengenai cara kerja AI, etika teknologi, dan keamanan digital perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan disosialisasikan melalui berbagai media.