Garis Merah yang Hilang Sebentar

Kamis 08-05-2025,04:33 WIB
Reporter : Taufik Lamade
Editor : Yusuf Ridho

Memang, kalau kita cermati, mutasi Letjen Kunto yang berumur sehari itu terasa janggal. Seharusnya sudah dipikir matang-matang. Sebab, jabatan sekelas Pangkogabwilhan sudah melewati proses Wanjakat (Dewan Kepangkatan dan Jabatan). Seharusnya putusan cespleng. Tak ada ralat.

Apalagi, jabatan panglima komando gabungan adalah jabatan strategis. Yang menjadi komandan seluruh kekuatan TNI di wilayah hukumnya. Kekuatan Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Udara di wilayah itu berada dalam genggamannya. 

Wilayah 1 yang menjadi tanggung jawab Letjen Kunto meliputi Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Markasnya di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. 

Kunto adalah perwira AD pertama yang menjadi Pangkogabwilhan 1. Tujuh panglima sebelumnya berasal dari TNI-AL. 

Pangkogabwilhan 2 meliputi Kaltim, Kalut, Kalsel, Jateng, Jatim, Sulawesi, Bali, NTB, dan NTT. Semua panglimanya berasal dari Angkatan Udara. 

Wilayah Pangkogabwilhan 3 meliputi Maluku, Maluku Utara, dan enam provinsi di Papua. Para panglimanya selalu dari Angkatan Darat. 

Menjadi Pangkogabwilhan bisa menjadi batu loncatan ke jabatan berikutnya. Contohnya, Laksamana Yudo Margono. Sebelum menjadi KSAL dan panglima TNI, ia menjadi Pangkogabwilhan 1. Atau, KSAU Marsekal Tony Harjono yang juga pernah menjabat Pangkogabwilhan 2. 

Kini Letjen Kunto sudah kembali menjabat Pangkogabwilhan 1. Meneruskan tugas yang baru dijabat empat bulan. Bukan hanya pangkat di pundak yang dihiasi lis merah, tapi tongkat komando kembali ke tangannya.

Apakah karier Letjen Kunto akan terus melaju? Tetap sulit menebaknya. Sebab, untuk jabatan KSAD atau panglima TNI, hanya Tuhan dan presiden yang mengetahuinya. (*)

 

Kategori :