Militer Pakistan menegaskan pihaknya juga memiliki hak untuk membalas dalam waktu dan cara yang mereka tentukan sendiri.
BACA JUGA:Bom Bunuh Diri di Pakistan Tewaskan 40 0rang dan 130 Orang Luka-Luka
Juru bicara militer Pakistan, Mayjen Ahmed Sharif Chaudhry, mengatakan bahwa pasukan telah diberi wewenang penuh untuk bertindak oleh pemerintah.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, menuduh Perdana Menteri India Narendra Modi memanfaatkan konflik ini untuk mendongkrak popularitasnya menjelang pemilu.
Ketegangan ini langsung mengundang perhatian dunia internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika Serikat, dan Iran mendesak kedua negara untuk menahan diri.
BACA JUGA:Kereta Pakistan Tergelincir, 28 Orang Tewas
Presiden AS Donald Trump juga menyerukan penghentian pertempuran dan menyatakan kesiapan untuk menjadi penengah jika diperlukan.
Pemberontak di Kashmir yang dikelola India diketahui telah melancarkan pemberontakan sejak 1989, yang menginginkan kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan.
Meski ketegangan militer bukan hal baru, eskalasi kali ini dinilai sebagai yang paling serius dalam puluhan tahun terakhir, terutama karena kedua negara telah saling melontarkan ancaman dan menunjukkan kekuatan militer terbuka.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.