HARIAN DISWAY - Sepak bola sebagai olahraga terpopuler di dunia memang tak pernah lepas dari keseruan dan euforianya.
Dari olahraga merambat ke ranah fashion. Kini dikenal dengan sebutan Bloke Core. Tren fashion itu memadukan unsur jersey bola, sneakers, dan juga celana jeans usang.
Umumnya, jenis jersey yang digunakan ialah jersey tim sepak bola. Bahkan Anda tidak perlu jadi fanatik bola untuk mengikuti tren itu.
BACA JUGA:Tren Mendaki Gunung, Sarana Healing untuk Anak Muda
Sebab, gaya tersebut bisa dibilang cukup universal. Tidak peduli Anda fans bola atau bukan, jersey dari tim mana dan keluaran tahun berapa yang anda kenakan, itu tak jadi persoalan.
Tren itu disebut "Bloke Core". "Bloke" merupakan istilah slang yang digunakan di inggris untuk laki-laki. Itu menggambarkan seorang laki-laki sejati yang umumnya suka dengan sepak bola dan tidak memandang fashion. Sehingga akan dengan mudah menggunakan jersey bola sebagai outfit sehari-hari.
Oasis dengan jersey Manchester City menjadi salah satu penyebar Bloke Core dalam ranah musik-alana-Pinterest
Tren bloke core muncul sekitar tahun 2021 silam di TikTok. Dipopulerkan oleh akun bernama @brandonlhuntly.
BACA JUGA:Gaya Oversized sebagai Tren Utama Fashion Remaja
Tren itu merujuk pada gaya berpakaian stereotypical pub-goer British men yang notabene tidak memandang atau tidak memiliki keterkarikan pada dunia fashion.
Selain jersey bola, atribut lain yang digunakan adalah bawahan longgar dan sneakers usang. Sisi berantakan dengan kesan yang tidak menyatu itulah yang menjadi poin utama dari tren bloke core.
Contoh nyata bloke core bisa ditemukan di sekitar stadion-stadion sepakbola Inggris. Para penggemar bola mengenakan paduan busana dengan sentuhan 90's streetwear.
BACA JUGA:Tren Baking Gluten-Free Kian Digemari, Chef Risma Bagikan Resep Lapis Legit & Bika Ambon Sehat
Saat ini, tren itu seakan sudah menjamur di TikTok. Terutama di kalangan loyalis sepak bola dan juga konten tren di TikTok.
Tren itu mungkin saja menjadi sesuatu yang mudah diterima di kalangan Gen Z. Apalagi dengan naiknya budaya thrifting atau secondhand shopping. Yang memungkinkan kembalinya tren-tren lama.