Ia merasa bersalah atas kematian Sarah, walaupun sebenarnya tidak ada yang menyalahkannya secara langsung. Perasaan itu terus menghantui dan membuatnya semakin tertutup.
Di saat-saat paling sepi dalam hidupnya, Ombak bertemu dengan Aleiqa (Tissa Biani), seorang gadis remaja yang tampak ceria, tapi juga menyimpan luka dalam. Aleiqa hidup dengan gangguan bipolar dan sedang berjuang dengan gejolak emosinya sendiri.
Sinopsis film Mungkin Kita Perlu Waktu: Ketika keluarga ada di fase duka yang berbeda. Foto: Bima Azriel dan Tissa Biani. -Kathanika Films-
Pertemuan mereka menjadi awal dari hubungan yang unik dan penuh pengertian. Bersama Aleiqa, Ombak merasa lebih didengar dan dipahami.
BACA JUGA:Ariel Tatum, Chicco Jerikho, dan Mouly Surya Kunjungi Kantor Harian Disway, Bicara Film Perang Kota
BACA JUGA:Sinopsis Mendadak Dangdut 2025, Anya Geraldine Banting Setir Jadi Biduan Dagdut
Namun hubungan mereka tidak mudah. Kondisi mental Aleiqa dan luka batin Ombak sering menimbulkan konflik kecil, yang sebenarnya mencerminkan ketidaksiapan mereka untuk menghadapi kenyataan yang lebih besar.
5 Stages of Grief
Mungkin Kita Perlu Waktu adalah film perdana yang dibuat oleh Kathanika Films, rumah produksi milik Lukma Sardi. Ia adalah bagian dari Adhya Pictures, sebuah perusahaan distributor film.
Untuk proyek perdana, Lukman Sardi menggandeng Teddy Seoeriatmadja sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Dan Teddy menggunakan teori 5 stages of grief (lima fase duka) yang diperkenalkan Elisabeth Kubler-Ross untuk membangun karakter.
Lima fase duka itu adalah penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan akhirnya, penerimaan (acceptance).
BACA JUGA:8 Pemain Mendadak Dangdut 2025: Ada Anya Geraldine hingga Dwi Sasono
Yang bikin rumit, ketiga anggota keluarga Restu sedang dalam tahap kedukaan yang berbeda-beda setelah kematian Sarah. Ada yang masih denial. Ada yang dalam fase tawar-menawar dengan nasib. Bahkan ada yang diduga depresi.
Sinopsis film Mungkin Kita Perlu Waktu: Ketika keluarga ada di fase duka yang berbeda. Foto: Bima Azriel (tengah) sebagai anak yang terjebak dalam communication breakdown.-Kathanika Films-
"Dalam film ini, saya nggak mau ada yang salah dan ada yang bener. Semua karakternya bener," ungkap Teddy Soeriatmadja dalam sebuah skrining di Jakarta, 13 Mei 2025.
"Jadi argumennya kuat. Ketika kita melihat Kasih, dia itu bener. Kenapa dia bersikap seperti itu, ya dia bener. Tapi, tunggu dulu. Si Restu juga bener," paparnya.