Itu secara tidak langsung memperkuat persepsi bahwa dunia chef adalah dunia laki-laki. Meski kini mulai muncul nama-nama besar seperti Dominique Crenn, Clare Smyth, dan Chef Renata. Tapi jumlahnya masih jauh dibandingkan dominasi pria.
BACA JUGA:Nasi Biryani Lidah Indonesia Ala Chef Sarto
Beban & Peran Ganda
Salah satu alasan kurangnya perempuan di dunia chef adalah tugas rumah tangga sebagai tanggung jawab utama mereka-Mr Vito-Getty Images
Banyak perempuan masih dibebani dengan peran ganda di rumah dan tempat kerja. Sementara menjadi chef menuntut totalitas waktu dan energi, banyak perempuan harus membagi perhatian antara karier dan tanggung jawab keluarga.
Itu menjadikan profesi sebagai chef yang menuntut fleksibilitas waktu menjadi lebih sulit diakses oleh perempuan. Meski dominasi pria masih terasa, perubahan mulai terlihat.
Semakin banyak restoran dan institusi kuliner mulai menyadari pentingnya kesetaraan gender. Program pelatihan untuk perempuan, kampanye kesetaraan, hingga sistem kerja yang lebih inklusif mulai dibangun.
BACA JUGA:Healthy Cooking bersama Chef Ken di Morula Fertility Bootcamp 2025
Media sosial juga berperan besar dalam memberikan ruang bagi chef perempuan untuk menampilkan karya dan suara mereka. Tanpa harus melalui jalur konvensional yang penuh hambatan.
Diharapkan ke depan dunia kuliner profesional akan menjadi ruang yang lebih inklusif. Menjadi ruang bagi siapa pun tanpa memandang gender. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.