HARIAN DISWAY - Dunia kuliner semakin populer. Apalagi dengan adanya berbagai program televisi dan media sosial.
Tapi di balik itu, terdapat sebuah fakta menarik sekaligus ironis: profesi chef profesional masih didominasi pria.
Padahal memasak sering kali diasosiasikan sebagai tanggung jawab wanita sebagai ibu rumah tangga. Mengapa pergeseran itu terjadi?
BACA JUGA:Tren Baking Gluten-Free Kian Digemari, Chef Risma Bagikan Resep Lapis Legit & Bika Ambon Sehat
Sejarah & Budaya Patriarki
Salah satu alasan utama dominasi pria di dapur profesional adalah akar budaya patriarki yang sudah mengakar sejak dahulu.
Dalam banyak masyarakat, pekerjaan rumah tangga termasuk memasak memang menjadi tanggung jawab perempuan. Namun, ketika menjadi sebuah profesi, pria mulai mengambil alih.
Sejak abad ke-19, ketika restoran mulai menjadi bagian penting dalam masyarakat modern, posisi chef dipandang sebagai peran yang bergengsi dan penuh otoritas.
BACA JUGA:Sensasi Mi Bangladesh Rasa Nusantara Kreasi Chef Prabowo Kusminarno
Sejarah panjang chef menjadi profesi laki-laki diperkuat dengan adanya budaya partiarki--LinkedIn
Profesi itu menuntut keahlian teknis, fisik, dan manajerial, yang pada masa itu lebih mudah diakses oleh pria dibandingkan wanita. Itu disebabkan keterbatasan pendidikan dan peluang karier bagi perempuan.
Lingkungan Kerja Yang Maskulin
Dapur profesional sering digambarkan sebagai tempat yang keras dan penuh tekanan. Jam kerja panjang, lingkungan kompetitif, dan hierarki yang ketat membuat dunia dapur terlihat tidak ramah bagi perempuan.
Dalam banyak kasus, wanita yang mencoba meniti karier sebagai chef harus menghadapi diskriminasi, stereotip gender, bahkan pelecehan.
BACA JUGA:Dua Chef Dunia Beberkan Rahasia Memanggang Steak
Ketangguhan fisik juga sering dijadikan alasan. Padahal banyak wanita terbukti mampu menghadapi tantangan yang sama. Namun, norma lama itu masih membayangi sistem dan struktur di banyak dapur profesional.
Kurangnya Representasi
Tokoh-tokoh chef terkenal di media umumnya adalah pria. Seperti Gordon Ramsay, Jamie Oliver, atau Chef Juna. Minimnya representasi perempuan di level tertinggi industri kuliner membuat generasi muda perempuan kekurangan panutan.