Banyak orang merasa lebih puas ketika menghabiskan waktu dengan sesuatu yang sudah terjamin memberikan rasa puas. Dibandingkan mengambil risiko mencoba tontonan baru yang mungkin mengecewakan.
BACA JUGA:Festival Sinema Kita 2025, Putar Film Dokumenter Road to Resilience
Di era digital saat ini, algoritma platform streaming yang canggih juga turut berperan memperkuat kebiasaan tersebut.
Rekomendasi tontonan berdasarkan histori sebelumnya membuat orang lebih cenderung terpancing menonton ulang. Bahkan tanpa mereka sadari.
Selain memberi rasa kenyamanan, menonton ulang film juga memberi ruang bagi seseorang untuk menenangkan diri. -Creative Market-Pinterest
Namun, bukan berarti kebiasaan menonton ulang itu sepenuhnya buruk. Bagi sebagian orang, menonton film lama adalah cara sederhana untuk mengelola stres, menenangkan diri, sekaligus memberikan ruang untuk mengisi ulang energi sebelum berhadapan dengan tuntutan dunia luar.
BACA JUGA:7 Film yang Cocok Ditonton ketika Tahun Baru Imlek
Meski demikian, penting juga bagi kita untuk menyadari bahwa dunia hiburan kini terus berkembang. Dan menyajikan beragam cerita yang menawarkan pengalaman berharga dan belum pernah dirasakan sebelumnya.
Seimbangkan kebiasaan menonton ulang dengan memberi kesempatan bagi diri sendiri mengeksplorasi karya-karya baru. Agar tidak terjebak dalam lingkaran kenyamanan yang bisa membuat pola pikir menjadi kaku.
Menonton ulang film yang sama bukan hanya soal kemalasan mencoba hal baru. Melainkan bentuk kebutuhan emosional yang sering kali tak disadari.
BACA JUGA:Profil 4 Pemeran Film Korea Spring Garden, Ada Bintang Squid Game dan The Glory
Dengan memahami alasan di baliknya, kita bisa lebih bijak mengelola waktu hiburan, antara menikmati kembali yang lama dan memberi ruang bagi yang baru. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.