GAYA kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terus menjadi sorotan. Gayanya yang eksentrik dan maverick –tidak konvensional, independen, dan keluar dari pakem kepemimpinan– selalu menjadi viral, tetapi kontroversial.
Kabar terbaru, Fraksi PDIP DPRD Jawa Barat walk out dari sidang paripurna, Jumat, 16 Mei 2025, karena tersinggung oleh ucapan Dedi ketika berpidato di Musrenbang Provinsi Jabar di Cirebon seminggu sebelumnya.
Dedi Mulyadi dianggap melecehkan DPRD karena menyindir lembaga itu banyak omong. Dedi juga menyindir bahwa dirinya bisa menjalankan program tanpa harus bergantung kepada biaya.
BACA JUGA:Kaos Tandingan 'Korban Mulyono' Laris Dijual Online, Harga Mulai Rp 110 Ribuan
BACA JUGA:Mulyono, The Endgame
Kalimat itu menyinggung perasaan anggota DPRD dari FPDI karena menyiratkan DPRD Jabar tidak suportif terhadap pengajuan anggaran oleh eksekutif.
Gaya kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu menjadi tema perbincangan dalam program siniar (podcast) ”Disway News House”, Kamis, 15 Mei 2025. Empat tokoh media hadir sebagai narasumber.
Kalangan akademisi diwakili Associate Professor Harliantara ”Harley Prayudha” dari Unitomo. Dari organisasi kewartawanan, hadir Lutfil ”Item” Hakim, ketua PWI Jatim.
BACA JUGA:Ramai Isu ‘Mulyono’ Jegal Anies di Pilkada Jawa Barat, Istana Respons Begini
Dari praktisi media, hadir Doan Widhiandono, pemimpin redaksi Harian Disway, dan saya mewakili pengamat media. Tommy C. Gutomo, CEO Harian Disway, bertindak sebagai host diskusi.
Sebagai sesama ”urang” Sunda, Harley mengulik fenomena KDM dari sisi komunikasi budaya. Dalam menjalankan pemerintahannya, KDM menerapkan prinsip-prinsip budaya Sunda.
Karakter khas Sunda ditandai dengan sikap ”someah” atau ramah, ”cageur” alias sehat fisik, ”bener” yang berarti jujur, dan ”pinter”.
BACA JUGA:Babinsa Inspiratif Serda Joko Mulyono, Olah Pelepah Jadi Rupiah
Kata Harley, mengutip Brian McNair, komunikasi politik bukan hanya komunikasi dari aktor politik kepada pemilih untuk mencapai tujuan tertentu, melainkan juga komunikasi yang ditujukan kepada para politikus oleh pemilih dan jurnalis media serta komunikasi tentang aktor-aktor politik dan aktivitas mereka.