Refleksi Kejatuhan Soeharto (21 Mei 1998–21 Mei 2025): Pelajaran Politik dari Soeharto

Kamis 22-05-2025,09:33 WIB
Oleh: Umar Sholahudin*

Mari kita bersama-sama mikul dhuwur mendem jero. Kita angkat kebaikan dan jasa-jasa positifnya kepada bangsa ini dan mengubur segala keburukannya. 

Dari Soeharto, kita bisa belajar banyak hal, baik yang positif maupun yang negatif, untuk dijadikan bahan refleksi dan pijakan dalam membangun bangsa yang lebih baik ke depan.  

Akhirnya, wajah gelap demokrasi era Soeharto jangan sampai terjadi kembali di era modern saat ini. Meskipun, selama sepuluh tahun terkakhir, demokrasi pascareformasi penuh dengan kontroversi. Puncaknya Pemilu 2024 yang sarat masalah. 

Ke depan, untuk membangun demokrasi Indonesia yang sehat, tetap dibutuhkan kekuatan oposisi yang sehat dan produktif.    

Kekuatan oposisi merupakan salah satu pilar demokrasi yang memiliki peran yang sangat strategis. Di samping sebagai kekuatan pengimbang dan pengontrol, juga memiliki peran dalam upaya memberdayakan dan mendidik secara politik potensi masyarakat. 

Praktik depolitisasi selama 32 tahun yang dijalankan Orde Baru telah menjadikan rakyat tidak berdaya secara intelektual (baca: kritis) dan politik. Kekuatan rakyat hanya dimanfaatkan dan dipermainkan rezim untuk memproduksi dan mempertahankan kekuasaannya. 

Itulah yang kemudian memunculkan performa pemerintahan yang otoriter dan sentralistis. 

Kita berharap, akan tetap eksis dan berkembang kekuatan oposisi alternatif atau ekstraparlementer yang kuat yang dijalankan kelompok masyarakat atau civil society, mahasiswa, dan kaum cerdik pandai untuk mengontrol jalannya pemerintahan. 

Dengan demikian, kehidupan ekosistem demokrasi pun akan berjalan lebih sehat. Langkah oposisi alternatif itu (baca: oposisi ektraparlementer) dinilai akan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan dan pematangan demokrasi Indonesia ke depan. 

Kekhawatiran munculnya wajah pemerintahan otoritarianisme gaya baru pun akan dapat dihindari. (*)

*) Umar Sholahudin adalah dosen sosiologi, FISIP, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya 

 

Kategori :