“Kalau bicara kepedulian terhadap masalah masyarakat, mahasiswa sering jadi yang paling awal bergerak,” katanya.
BACA JUGA:Untag Surabaya Berbagi Kebahagiaan Ramadan dengan 100 Anak Yatim
Karena menurutnya, program sebelumnya terlalu berfokus pada dosen. Maka alih-alih menjadi pembawa perubahan, mahasiswa hanya terkesan menjadi pendorong bagi dosennya.
"Oleh karena itu, dengan program Mahasiswa Berdampak, diharapkan mahasiswa lebih awas dan menjadi garda terdepan penyelesaian masalah di masyarakat," ucap dia.
Ia lalu menguraikan sejumlah tema pengabdian yang terbuka luas, mulai dari isu pendidikan, pertanian, kesehatan, hingga budaya dan penanganan bencana.
BACA JUGA:Dekan FK Untag Surabaya: Spesialis Bedah Anak yang Tangani Ratusan Kembar Siam
Fokus pengabdian juga diarahkan pada bidang strategis dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017–2045: ketahanan pangan, energi, kesehatan, hingga ekonomi hijau dan biru.
Rektor Untag Surabaya, Prof. Mulyanto Nugroho, menyambut baik kolaborasi itu. Ia menyebut bahwa visi program Mahasiswa Berdampak sangat sejalan dengan semangat kampusnya.
Program tersebut akan digodok bersama jajaran dalam kampus untuk dicanangkan bentuknya. Namun yang pasti, Prof Nugroho memberikan kelenggangan bagi mahasiswa yang ikut program itu.
BACA JUGA:Untag Surabaya Gandeng Walailak University, Bahas Lanskap Media Thailand
“Ke depan, kegiatan Mahasiswa Berdampak ini bisa dikonversi langsung sebagai bagian dari KKN,” terangnya.
Lebih dari sekadar program, itu adalah ajakan kepada mahasiswa untuk bergerak. Turun ke masyarakat, memahami persoalan, dan hadir sebagai bagian dari solusi.
Sebab, kontribusi tidak selalu lahir dari panggung besar. Terkadang, ia tumbuh dari kerja senyap di desa-desa, bersama masyarakat, dengan niat yang tulus dan tujuan yang jelas. (*)