Sejumlah praktik pengelolaan tanaman dan sumber daya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan input, menghemat biaya input, dan mengurangi jejak lingkungan dapat diadopsi petani seperti pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL), pengelolaan hama terpadu (PHT), dan sistem pembasahan dan pengeringan bergantian, sistem semai langsung dan tanpa olah tanah/pembajakan, dan sistem intensifikasi padi (system of rice intensification/SRI).
Meski beras merupakan sumber kalori utama, perkembangan ilmiah baru telah membuka peluang untuk padi biofortifikasi guna meningkatkan nilai gizinya.
Kandungan gizi mikro penting seperti zat besi dan seng (zinc) dalam biji beras dapat ditingkatkan melalui penggunaan alat pemuliaan modern. Demikian pula, ”golden rice” yang diperkaya dengan provitamin A memberikan peluang baru untuk mencegah kebutaan pada anak.
Fortifikasi beras juga menawarkan peluang lain untuk meningkatkan nilai gizi. Pengembangan varietas padi dan biofortifikasi harus menjadi bagian dari strategi jangka panjang yang berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan mengatasi kekurangan gizi di Indonesia di masa depan.
Inovasi teknologi itu memerlukan investasi dalam riset dan pengembangan (R&D). Di berbagai negara, investasi sektor swasta dalam R&D beras yang kini meningkat memberikan peluang untuk mendorong pengembangan kemitraan pemerintah-swasta guna meningkatkan investasi dalam R&D secara substansial. (*)
*) Tri Haryanto adalah guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.