ADAsatu nubuat dalam bahasa Mandarin yang bunyinya, "富不过三代" (fù bù guò sān dài). Artinya kira-kira: kekayaan tidak akan bertahan hingga generasi ketiga.
Tapi, ada juga yang di generasi kedua pun sudah hancur lebur. Juga ada yang justru makin berkembang di generasi ketiga. Kuncinya adalah keuletan masing-masing generasi.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dwi Anggia Juru Bicara Menteri ESDM: Yang Xu Xuan Yu
Generasi kedua yang cuma berfoya-foya, misalnya, tentu akan meruntuhkan kejayaan yang dibangun generasi pertama. Sebagaimana yang pepatah Tiongkok ingatkan, "坐吃山空" (zuò chī shān kōng): kalau hanya duduk-duduk dan makan-makan saja, gunung pun akan habis juga akhirnya.
Makanya, menurut Komjen Pol Dr Marthinus Hukom SIK MSi, "Status dan peran bukan faktor pembeda nasib manusia. Pemanfaatan pikiran dan kesempatanlah yang membedakannya. Oleh karena itu, gunakanlah daya pikirmu dan manfaatkanlah kesempatanmu untuk mengubah nasibmu."
Barangkali itulah mengapa, tidak sedikit dari orang yang berasal dari keluarga tak mampu, kemudian malah menjadi orang yang berhasil lantaran mereka menjadikan kehidupannya yang serba kekurangan sebagai pelecut untuk mengasah daya dan upaya untuk mengubah nasibnya. Seperti yang dinyatakan ungkapan Tiongkok, "寒门生贵子,白屋出公卿" (hán mén shēng guì zǐ, bái wū chū gōng qīng): keluarga yang miskin papa, melahirkan anak-anak yang luar biasa.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Chicco Jerikho Pemeran, Model, dan Produser: Bu Kui Xia Xue
Untuk bisa begitu, kata Marthinus yang ketua Badan Narkotika Nasional, "Ingatlah satu hal: pengetahuan dapat berkembang seiring berjalannya waktu, namun kesempatan tidak pernah datang untuk kedua kali. Belajar dan teruslah belajar, serta cermatlah dalam menangkap dan menciptakan peluang."
Senada, pepatah Tiongkok telah menegaskan sejak berabad-abad silam, "机不可失" (jī bù kě shī): jangan sampai menyia-nyiakan peluang. (*)