Keputusan Presiden Donald Trump untuk mengerahkan 2.000 pasukan Garda Nasional ke Los Angeles memicu perdebatan sengit soal kekuasaan federal, protes publik, dan masa depan kebijakan imigrasi Amerika Serikat.
LANGKAH Donald Trump itu diambil menyusul demonstrasi besar-besaran di Los Angeles, California. Sebagian memang berakhir ricuh. Para demonstran menentang razia imigrasi federal yang menangkap puluhan imigran di kota berpenduduk mayoritas Latin ini.
Seketika, Trump mengambil alih kendali atas militer di negara bagian tersebut. Tanpa persetujuan Gubernur Gavin Newsom. Sungguh langka dan sarat kontroversi.
Langkah ini langsung disebut sebagai “provokasi yang disengaja” oleh Newsom. “Otoritas federal menginginkan tontonan. Jangan beri mereka itu. Jangan gunakan kekerasan. Sampaikan aspirasi secara damai,” tulis Newsom lewat akun X.
Namun, bagi sebagian warga, ruang untuk protes damai kian menyempit. “Yang kita punya tinggal suara kita,” kata seorang warga Los Angeles yang menolak disebutkan namanya.
BACA JUGA:Kerusuhan Los Angeles Terus Berlangsung, Massa Bakar Mobil dan Bentrok dengan Polisi
BACA JUGA:Jonatan Christie Keluar dari Pelatnas PBSI, Tetap Kejar Olimpiade Los Angeles 2028
“Mau disakiti, digas air mata, dilempari apapun — mereka tidak akan bisa membungkam kita,” serunya.
Dan memang, di tengah cahaya lampu darurat dan jalanan yang memerah oleh api dan kembang api, suara rakyat justru menggema lebih lantang.
Gedung Putih menyebut pengerahan Garda Nasional sebagai respons logis. Mereka menuding bahwa di California telah terjadi kerusuhan dan kekacauan.
Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut, kekisruhan itu dibiarkan oleh ’’pemimpin Demokrat yang tidak becus’’ di California.
PASUKAN KEAMANAN menembakkan granat asap ke arah demonstran di Los Angeles, California, Minggu dini hari, 8 Juni 2025.-ETIENNE LAURENT-AFP-
Di sisi lain, Presiden Trump langsung menyanjung pasukan Garda Nasional dalam Truth Social, Sabtu malam, 7 Juni 2025. ’’Kerja luar biasa,” tulis Trump.