HARIAN DISWAY - Pemerintah Rusia memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak terlibat langsung dalam konflik antara Israel dan Iran, dengan menegaskan bahwa langkah semacam itu dapat memicu ketidakstabilan besar di kawasan Timur Tengah.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, di sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg.
“Ini akan menjadi langkah yang sangat mengguncang stabilitas kawasan secara keseluruhan,” ujar Ryabkov kepada kantor berita Interfax, seraya mengecam opsi intervensi militer AS. Menyebutnya sebagai "spekulatif dan berisiko tinggi."
BACA JUGA:Tiba di Rusia, Prabowo Disambut dengan Upacara Militer Penuh Kehormatan
Ketegangan antara Israel dan Iran meletus menjadi perang terbuka pasca serangan udara Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran pada Jumat, 13 Juni 2025 lalu yang menewaskan enam ilmuwan nuklir, dan sejumlah pejabat tinggi militer.
Penampakan Rudal Balistik jangkauan menengan Sejjil yang terbang menuju Israel, Iran melancarkan gelombang ke 13 operasi "True Promise" -Telegram -
Rusia menyebut situasi ini sebagai krisis kritis dan memperingatkan dunia akan potensi bencana nuklir jika serangan terus berlanjut.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), Sergei Naryshkin, bahkan menggambarkan situasi antara kedua negara sebagai kritis.
BACA JUGA:Perang Iran-Israel Berlanjut Hingga Senin, Iran Bersumpah Akan Lanjutkan Hingga 'Kehancuran Total'
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menambahkan bahwa fasilitas nuklir Iran telah menjadi target serangan dan menegaskan bahwa dunia saat ini sangat dekat dengan sebuah bencana nuklir.
“Fasilitas nuklir telah diserang. Badan pengawas nuklir PBB telah mencatat adanya kerusakan,” ujarnya kepada Reuters.
Ia juga mengecam kurangnya perhatian dari komunitas internasional dan kelompok lingkungan terhadap risiko radiasi global.
BACA JUGA:Trump Desak Iran Buka Negosiasi dengan Israel, Atau Hadapi Serangan yang Lebih Brutal
Zakharova membandingkan potensi dampaknya dengan bencana nuklir Fukushima tahun 2011 di Jepang.
“Apakah mereka pikir gelombang (radiasi) ini tidak akan sampai ke tempat mereka? Biarkan mereka baca lagi apa yang terjadi di Fukushima,” tegasnya.