Tiongkok–Rusia Mengutuk, Trump Enggan Rusia Memediasi Konflik

Jumat 20-06-2025,19:58 WIB
Reporter : Noor Arief Prasetyo
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:Tidak Cukup Garda Nasional, Trump Turunkan Marinir ke Los Angeles

Dalam sepekan terakhir, Putin telah menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Putin sudah memperlihatkan manuvernya sebagai penengah meski kredibilitasnya dipertanyakan oleh pemimpin Barat.

Presiden AS Donald Trump, misalnya, dengan sinis menanggapi inisiatif Putin. “Dia menawarkan diri sebagai mediator. Saya bilang: ‘Tolonglah, mediasi urusanmu sendiri dulu,’” ujar Trump kepada wartawan, Rabu, 18 Juni 2025.

“Saya bilang, Vladimir, mediasi dulu Rusia, baru kau bisa urus yang ini nanti,” cetus Trump.

Namun, terlepas dari ejekan tersebut, tawaran Putin menggarisbawahi satu hal penting: Rusia dan Tiongkok tengah mengisi kekosongan diplomatik yang ditinggalkan Barat dalam konflik tersebut. Sebab, Eropa masih berupaya mengatur pertemuan nuklir di Jenewa. AS juga terombang-ambing antara mempertimbangkan dukungan pada serangan atau negosiasi. Di tengah itu, Moskow dan Beijing mengambil posisi tegas dan vokal.


TIM PEMADAM KEBAKARAN menuju bangunan yang hancur dirudal Iran di Ramat Gan, Israel, 19 Juni 2025.-GIL COHEN-MAGEN-AFP-

Kecaman terhadap konflik Israel-Iran juga tak bisa dilepaskan dari meningkatnya korban sipil, seperti yang terjadi di Beersheba. Meski Iran menyatakan target serangannya adalah instalasi militer, kenyataannya serangan rudal tersebut menghantam rumah sakit. Puluhan orang luka-luka. Direktur Rumah Sakit Soroka, Shlomi Kodesh, menyebutkan bahwa beberapa bangsal hancur total. Seluruh pusat medis mengalami kerusakan besar.

Israel pun tidak menahan diri. Negara itu justru mengancam tokoh tertinggi Iran. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa Ayatollah Ali Khamenei harus dilenyapkan. Ia menuduh Khamenei menginstruksikan serangan ke rumah sakit.

Ancaman itu sontak menambah bahan bakar konflik. Juga memicu kekhawatiran bahwa perang bisa meluas ke dimensi yang lebih berbahaya.

Ancaman Israel itu mendapat respons dari otoritas keagamaan dan politik di kawasan. Ulama senior Irak, Grand Ayatollah Ali Sistani, memperingatkan bahwa tindakan terhadap Khamenei akan membawa konsekuensi serius bagi kawasan. Ia menyebut Khamenei sebagai pemimpin tertinggi di ranah politik dan agama.

BACA JUGA:Prabowo Apresiasi Dukungan Rusia Sejak Awal Kemerdekaan dan Dorong Kerja Sama di Bidang Pendidikan

BACA JUGA:Kunjungan ke Rusia, Prabowo Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan St. Petersburg

Artinya, Tiongkok dan Rusia muncul sebagai satu-satunya seruan besar yang menekankan deeskalasi. Keduanya secara eksplisit menolak penggunaan kekuatan bersenjata. ’’Akhir permusuhan hanya dapat dicapai melalui cara-cara politik dan diplomatik,” kata Ushakov.

Memang, upaya diplomasi dari Moskow dan Beijing masih belum pasti. Yang jelas, kecaman keras mereka terhadap Israel menjadi salah satu sinyal paling lantang. Bahwa dunia tidak akan tinggal diam melihat konflik ini berlanjut tanpa batas. Tiongkok dan Rusia, setidaknya dalam narasi yang mereka bangun, ingin menunjukkan bahwa dunia masih punya opsi selain perang. (*)

 

Kategori :