Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (70): Dari Lereng Gunung ke Catwalk
PEREMPUAN LISU menata kerajinan manik-manik di depan rumah kayu khas sukunya.-Doan Widhiandono-
Busana Lisu menembus dunia. Warisan suku di pegunungan itu pun berpadu dengan teknologi dan haute couture.
HARUS diakui, kain dan motif tradisional suku Lisu memang sangat elok. Warnanya mencolok. Paduan benang dan manik-manik berwarna-warni.
Beberapa dari kami, peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), langsung tertarik untuk mencoba baju itu. Mantelnya. Juga penutup kepala yang besar itu.
Keindahan busana itulah yang kemudian go international. Mejeng di panggung fashion global. Tepatnya di Paris, salah satu pusat mode dunia.
Situs China.org.cn memuat laporan tentang itu pada 2 Oktober 2025. Awalnya, 22 Maret 2025, busana tradisional Lisu tampil di China International Fashion Week di Beijing.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Sambutan penonton meriah. Tepuk tangan mereka bukan hanya untuk desain. Tetapi juga untuk cerita budaya yang diwariskan selama berabad-abad. Busana suku Lisu membawa simbolisme sabuk merah, rok lipit, dan motif bunga matahari ke panggung mode kontemporer. Penegasan antara hubungan manusia dengan alam plus migrasi leluhur mereka.
Lalu, pada 1 Oktober 2025, koleksi itu dibawa ke China-France Fashion Week yang termasuk dalam jadwal resmi Paris Fashion Week. Dalam pertunjukan tersebut, desain Lisu berpadu dengan teknologi. Ada model robot yang berjalan di catwalk. Ada tampilan visual AR tentang pola dan simbol secara interaktif. Kritikus fashion menyebutnya sebagai “hal yang mengubah warisan takbenda dari museum menjadi seni yang bisa dinikmati.”
Pengembangan busana Lisu bukan sekadar estetika. Mereka sudah menjadi bagian dari model ekonomi kreatif yang terstruktur. Lisu Ethnic Intangible Cultural Heritage (ICH) Inheritance Center di Yanbian menjadi jantungnya. Di sana, 14 pewaris budaya mengajarkan teknik tradisional kepada generasi muda. Produk kreatif—dari bordir hingga pakaian—dikemas melalui brand Amushi Yi. Mereka memadukan motif matahari, desain minimalis, dan warna alami kain fireweed.
Hasilnya bukan hanya penghargaan seni. Lebih dari 100 pengrajin mendapatkan pekerjaan tetap. Lebih dari 2.000 rumah tangga petani merasakan peningkatan pendapatan.

BUSANA SUKU LISU ditampilkan dalam 3rd China-France Fashion Week di Paris, 1 Oktober 2025.-china.org-
Model itu disebut “ICH + Technology + Crossover”. Ada integrasi warisan takbenda, pariwisata budaya serta pertanian dan pemanfaatan teknologi. Produk busana mereka bukan sekadar bisnis. Tetapi strategi pelestarian yang memberi manfaat nyata pada komunitas.
Inovasi terlihat dalam teknik produksi. Kain berbahan fireweed—sejenis tumbuh-tumbuhan—diproses dengan laser cutting. Pola totem “bunga matahari” diaplikasikan dengan cetak digital. Potongan jaket kulit domba diubah menjadi gaun haute couture. Tak pelak, semua inovasi itu menjadi makna simbolik yang memancing daya tarik global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: