Dalam buku Cindy Adams berjudul Penjambung Lidah Rakjat, Soekarno mulai belajar politik di rumah kos H.O.S Tjokroaminoto. Sosok itu bukan orang sembarangan. Ialah yang membentuk jiwa, pengetahuan, dan ide-ide Bung Besar dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Malam yang pengab di sebuah kamar kos sempit. Soekarno meletakkan meja kayu yang agak rapuh. Ia berdiri di atas meja itu.
Memasang ekspresi tegas. Mengepalkan tangan. Menarik napas, kemudian mengembuskannya dengan seruan:
BACA JUGA:Seri Putra Sang Fajar (6): Melahap Buku Bapak Kos
“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator!”
Lalu ia menoleh kepada Cindy Adams, wartawan dari AS yang ingin menulis biografi tentangnya. Bung Besar mengatakan, "Sambil berdiri di atas mejaku yang goyah, aku ikut terbawa oleh perasaan. Aku mulai berteriak. Aku berpidato dengan sangat keras seorang diri. Tak ada orang lain."
Begitulah gambaran yang mungkin terjadi kala Soekarno menceritakan kisah masa lalunya pada Cindy Adams.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (5): Rumah Mewah Keluarga Soekeni?
Kisah itu ditulis dalam buku Penjambung Lidah Rakjat. Peristiwa itu terjadi kala Bung Karno masih berusia belasan tahun. Tepatnya ketika indekos di rumah politikus besar Sjarikat Islam H.O.S Tjokroaminoto di Surabaya.
Pengunjung menatap foto Soekarno di Museum H.O.S. Tjokroaminoto. Bung Karno pernah indekos di tempat tersebut saat berusia belasan tahun.-Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Anda sudah tahu, setelah lulus dari Europesche Lageere School (ELS), Soekeni, ayah Soekarno, menyuruhnya untuk melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS), Surabaya, dan tinggal di rumah kos Tjokroaminoto.
Di ruang kos sempit dan pengab itu lahir berbagai tokoh besar. Mereka mewarnai sejarah politik tanah air. Beberapa kemudian bertikai. Tak sependapat. Memegang ideologi masing-masing dan kukuh dalam pendirian.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (4): Saja Arek Soerabaia
Tapi itulah hasil gelegak candradimuka dalam ruang-ruang kos sempit. Mereka ditempa oleh Tjokroaminoto.
Konon, beberapa bagian rumah itu dijadikan usaha indekos oleh istri Tjokroaminoto. Kornelius Harrys, pemandu wisata Museum Rumah H.O.S Tjokroaminoto, mengatakan, “Istri Tjokroaminoto ketika itu ingin menambah pemasukan. Karena melihat banyaknya orang yang datang ke rumah suaminya sampai larut malam.”