Speedboat Iran dalam latihan militer dengan Rusia pada Maret 2025, Iran bisa memasang pasukan penjaga yang akan menyerang kapal-kapal yang melintas di Selat Hormuz jika blokade memang betul diterapkan-Militer Iran via AFP -
Iran bisa saja memasang ancaman di sekitar selat Hormuz dengan menyediakan pasukan militer yang dilengkapi dengan speedboat, kapal kecil, drone, helikopter, bahkan Iran bisa memasang peluncur rudal jarak pendek untuk menakuti kapal-kapal agar tidak melintas.
Namun metode ini juga bukan tanpa kelemahan. Penempatan aset militer terkonsentrasi di area yang terbuka bisa mengundang musuh untuk melancarkan serangan. Apalagi dengan pesawat-pesawat tempur Israel yang bebas bergentayangan di langit timur tengah.
BACA JUGA:Tenang, Amerika Serikat Tak Selalu Menang Perang
Gangguan Sistem Navigasi dan GPS Jamming
Iran bisa menggunakan penghalang elektronik untuk menghalau agar kapal-kapal kesulitan melewati selat. Melintasi selat sesempit itu tanpa navigasi dan GPS yang memadai adalah mimpi buruk bagi nahkoda kapal. Apalagi dengan kapal tanker besar yang susah dikendalikan.
Interferensi elektronik bisa membuat jalur tak aman karena kapal kehilangan sinyal navigasi. Keuntungan ini murah dan non-dekstruktif, namun bisa dengan mudah di bypass dengan sistem back up atau sistem counter-electronic yang lebih canggih
Ancaman dari AL Amerika di Bahrain
kapal-kapal AS tertambat di pangkalan angkatan laut mereka di Manama, Bahrain (foto tahun 2016). Bahrain telah lama menjadi sarang Armada ke 5 AL Amerika Serikat untuk menjaga teluk -Mohammed Al-Shaikh/AFP-
Apapun cara yang ditempuh Iran, kapal-kapal perang Amerika di selat Hormuz tidak akan tinggal diam.
AS menyiagakan Armada ke-5 yang berbasis di Bahrain. Siap merespons agresi apapun di Selat Hormuz. Ada USS Princeton dan USS Tripoli, unit penyapu ranjau, sejumlah kapal cepat dengan peralatan anti ranjau yang bisa merespon terhadap semua skenario blokade Iran.
BACA JUGA:Menteri Luar Negeri AS Desak China Halangi Iran Tutup Selat Hormuz
Memang bukan tidak mungkin Iran berani mengajak ribut Armada ke lima ini. Namun risiko respons militer yang lebih besar dari AS akan menjadi pertimbangan para petinggi militer Iran.
Dampak Pemblokiran Selat Hormuz
Sekitar 84 persen minyak yang melewati Selat Hormuz ditujukan untuk Asia, membuat perekonomian China, India, Korea Selatan, dan negara-negara lainnya rentan jika Iran memblokade jalur perdagangan penting tersebut akibat serangan AS terhadap situs nuklirnya.
Sekitar 14,2 juta barel minyak mentah dan 5,9 juta barel produk minyak bumi lainnya melewati selat ini setiap hari — mewakili sekitar 20 persen dari produksi global pada kuartal pertama, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
Minyak mentah dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, Qatar, dan Iran hampir seluruhnya melewati koridor ini.
Rusia dan Tiongkok memperingatkan potensi kenaikan harga; Brent dan WTI naik hingga 10 %, dengan Brent sempat menembus US $80 – 90/barel.
Meskipun bisa menyakiti AS secara ekonomi, blokade Selat Hormuz juga bisa menyakiti sekutu Iran sendiri, yakni Tiongkok yang mengimpor minyak dari Iran dan negara-negara Arab anggota OPEC lainnya.